Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Seperti Perkiraan Jokowi, Harga Bawang Putih dan Gula Belum Pulih

Perkiraan harga stabil pada komoditas pangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu masih jauh dari kenyataan. Harga bawang putih dan gula pasir terpantau masih di atas kondisi normal.
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Perkiraan harga stabil pada komoditas pangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu masih jauh dari kenyataan. Harga bawang putih dan gula pasir terpantau masih di atas kondisi normal.

Dalam rapat terbatas pada Kamis pekan lalu (2/4/2020), Joko Widodo mengemukakan telah menerima laporan dari menteri kabinetnya mengenai importasi gula yang telah masuk ke dalam negeri. Dari tambahan pengadaan tersebut, harga gula diperkirakan akan normal di level Rp12.500 per kilogram (kg).

Kondisi serupa pun diharapkan terjadi pada bawang putih yang stabil di atas Rp45.000 per kg dalam sebulan terakhir. Presiden menyatakan harga bakal kembali norma di kisaran Rp20.000–30.000 per kg.

Sepekan berlalu, harga dua komoditas tersebut nyatanya tak banyak beranjak. Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mempelihatkan bahwa harga rata-rata gula pasir secara nasional di tingkat pasar tradisional menyentuh Rp18.500 per kg. Sementara harga bawang putih terpantau bervariasi, mulai dari Rp35.000 per kg di Jawa Timur sampai Rp51.000 per kg di DKI Jakarta per 10 April 2020.

Harga gula yang urung pulih disinyalir dipicu oleh masih belum normalnya pasokan ke konsumen. Dalam rapat dengar pendapat virtual dengan Komisi IV DPR RI, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan bahwa pihaknya baru saja menerima lampu hijau dari Kementerian Perdagangan untuk mengimpor 50.000 ton gula kristal putih (GKP) siap konsumsi pada Rabu (8/4/2020). Dia menyatakan pihaknya bakal segera menindaklanjuti izin impor tersebut meski belum bisa memastikan apakah kegiatan importasi dapat direalisasikan dengan segera.

"Namun perlu kami laporkan bahwa situasi sekarang tidak mudah untuk impor. Beberapa negara pemasok sudah lockdown dan kapal pengangkut banyak yang tidak berhenti sehingga akan sulit dalam pengadaan impor gula," kata Budi.

Budi Waseso mengemukakan bahwa Bulog sejatinya telah mengantisipasi potensi pasokan gula yang berkurang dengan mengajukan importasi gula mentah (GM) untuk diolah oleh anak perusahaan Perum Bulog, PT Gendhis Multi Manis sejak November 2019 lalu. Kendati demikian, birokrasi yang rumit disebut Buwas menyebabkan izin impor baru diberikan awal Maret dengan realisasi importasi yang terwujud pada akhir Maret lalu dengan volume 29.000 ton.

Pasokan gula yang minim ini pun diakui oleh Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta yang memiliki tugas stabilisasi harga pangan, Arief Prasetyo Adi. Dia mengatakan pihaknya kerap kesulitan mendapat pasokan gula dari pabrik.

"Kami mendapatkan pasokan dari pabrik swasta, 500 ton dan 1.000 ton dari PT Kebun Tebu Mas di Jawa Timur. Memang sekarang sulit sekali memperoleh gula dari pabrik," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (10/4/2020).

PT Kebun Tebu Mas tercatat menerima persetujuan impor GM sebesar 52.140 pada Oktober 2019 lalu dan telah merealisasikan seluruhnya. Perusahaan tersebut kembali menerima persetujuan impor untuk 2020 dengan volume 30.000 ton pada Februari lalu.

Harga kebutuhan pokok yang stabil tinggi pun terjadi pada bawang putih. Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menyatakan pedagang terpaksa menjual bawang putih di atas harga normal karena mengacu pada harga dari importir.

Importasi bawang putih sejatinya telah terealisasi sejak akhir bulan lalu. Ketua II Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) Valentino mengatakan bahwa dua pekan lalu terdapat 880 kontainer bawang putih yang dikirim dari China ke Tanah Air. Terdapat pula 600 kontainer yang sebelumnya dikirim dan sampai ke Indonesia.

"Ini informasi dari asosiasi eksportir bawang putih China. Ini sudah banjir," kata Valentino.

Namun permintaan yang lesu disebutnya menjadi pemicu belum turunnya harga bawang putih. Guna menyiasati produk yang tak laku dijual, dia mengatakan terdapat pelaku usaha yang memilih menahan pasokan.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar pun disebut menjadi dilema bagi importir. Dengan nilai rupiah yang mencapai Rp16.000 terhadap dolar Amerika Serikat, Valentino mengatakan bahwa importir hanya menerima produk lebih sedikit dengan anggaran yang sama dibandingkan tahun lalu.

"Hal ini ditambah juga dengan kenaikan harga bawang putih yang dijual eksportir. Sekarang kenaikan harganya mencapai 22 persen," ujar Valentino.

Kenaikan harga bawang putih dari pemasok di China ini pun dibenarkan oleh Arief. Jika harga bawang putih pada tahun lalu masih di kisaran US$450 per ton, Arief mengatakan kini harga per tonnya bisa menyentuh US$1.100.

Guna memenuhi kebutuhan bawang putih di ibu kota, Arief pun menyatakan bahwa pihaknya tengah dalam proses pengadaan. Perusahaan tercatat menerima rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian sebesar 22.000 ton.

"Pekan ini akan datang 40 kontainer, setiap kontainer 29 ton, jadi sekitar 1.160 ton untuk tahap pertama," kata Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper