Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Sepi, Industri Persepedaan Mulai Gulung Tikar

Asosiasi Industri Persepedaan (AIPI) menyatakan kapasitas produsi rata-rata pabrikan sepeda saat ini merosot sekitar 40-70 persen. Adapun, pada akhir kuartal I/2020 telah ada tiga pabrikan yang menghentikan produksi sama sekali.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencoba arena balap sepeda Jakarta International Velodrome di Kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (15/8)./JIBI-Feni Freycinetia Fitriani
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencoba arena balap sepeda Jakarta International Velodrome di Kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (15/8)./JIBI-Feni Freycinetia Fitriani

Bisnis.com, JAKARTA - Gelombang penutupan pabrik sepeda dikhawatirkan terjadi akibat utilitas pabrikan mendekati 0 persen pada akhir semester I/2020.

Asosiasi Industri Persepedaan (AIPI) menyatakan kapasitas produsi rata-rata pabrikan sepeda saat ini merosot sekitar 40-70 persen. Adapun, pada akhir kuartal I/2020 telah ada tiga pabrikan yang menghentikan produksi sama sekali.

"Sekitar 1.000 tenaga kerja dirumahkan. [Pilihan PHK] tergantung perkembangan ke depan, ada perbaikan [pasar] atau tidak? [Tapi,] PHK sudah menjadi salah satu pilihan yang visibel," kata Ketua AIPI Rudiyono kepada Bisnis, Rabu (1/3/2020).

Rudiyono menyebut sebagian pabrikan sudah merencanakan akan menutup pabrikannya mulai awal kuartal II/2020. Hal tersebut, lanjutnya, dilakukan agar dapat memenuhi beban tenaga kerja.

Rudiyono menyatakan saat ini industri sepeda dihadapkan dengan dua tantangan yakni pasokan bahan baku yang belum normal dari China serta penyusutan pasar. Menurutnya, kembali normalnya pasokan bahan baku pun tidak akan banyak membantu proses produksi pabrikan.

Rudiyono mendata umumya permintaan sepeda pada semester I/2020 diperkirakan 1 juta unit. Namun demikian, lanjutnya, permintaan pada semester I/2020 diperkirakan anjlok sekitar 40 persen menjadi sekitar 600.000 unit sepeda saja.

"Kurang 40 persen seperti sekarang saja sudah bagus. Artinya, [kalau hingga akhir tahun] minus 20 persen sudah bagus, berarti sudah ada perbaikan [di semester II/2020]. Tapi, kalau terus seperti ini kan parah, cuma 40-50 persen kegiatan [di pabrikan dari kapasitas terpasang]," jelasnya.

Apalagi, dalam kondisi dampak pandemic corona, industri sepeda semakin tertekan lantaran prioritas konsumen saat ini lebih ke produk aneka pangan dan alat kesehatan. Dengan kata lain, lanjutnya, tantangan pada tahun ini cukup sulit mengingat sumber tantangan dari eksternal industri.

Pada awal 2020, Rudiyono meramalkan produksi sepeda sepanjang Januari—Juli akan tumbuh sekitar 10—15 persen secara tahunan.  Menurutnya, pertumbuhan tersebut didorong oleh pemanfaatan pelaku industri sepeda dalam perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

Dari pasar domestik, Rudi menilai penerimaan pasar terhadap sepeda lokal masih tinggi. Rudi mengemukakan hal terebut disebabkan oleh desain pabrikan lokal yang tidak kalah dengan sepeda impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper