Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Industri Tekstil Keluhkan Pelonggaran Bea Masuk

API menilai isu pelemahan daya beli masyarakat sudah dirasa sejak lama, tetapi merebaknya isu yang berkembang seperti virus corona dinilai semakin menciutkan permintaan di industri.
Pedagang menata kain tekstil di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (11/2/2020)./Bisnis-Arief Hermawan
Pedagang menata kain tekstil di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (11/2/2020)./Bisnis-Arief Hermawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengapresiasi adanya pelonggaran pajak selama enam bulan ke depan yakni PPh pasal 21 untuk gaji pekerja, PPh pasal 22 untuk kegiatan impor, dan PPh pasal 25 untuk pengusaha. Namun, pelonggaran bea masuk bahan baku tekstil kini disoal.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman menaruh perhatian terkait dengan rencana kebijakan penghapusan lebih dari separuh barang yang masuk daftar larangan atau pembatasan atau lartas oleh Kementerian Perdagangan. Selain itu, juga soal penyederhaanaan ketentuan impor guna mempermudah proses importasi bahan baku pada industri, termasuk TPT di dalamnya.

"Jika sekarang yang sudah dirilis pelonggaran pajak, kami apresiasi, supaya memacu konsumsi masyarakat kembali. Namun, concern kami lebih pada pelonggaran impor, ini sudah kami sampaikan Kementerian Perindustrian bahwa TPT tidak membutuhkan dan harapannya bisa diteruskan di tingkat Kementerian Koordinator Perekonomian," katanya kepada Bisnis.com, Jumat (13/3/2020).

Rizal mengemukakan saat ini pengusaha sedang menikmati dampak positif dari safeguards kain dan benang. Hal itu sudah dinilai meningkatkan permintaan dalam negeri, tetapi jika kembali dibuka kemudahan keran impor maka dikhawatirkan akan merontokkan kembali daya saing dalam negeri.

Soal daya beli, pihaknya tak banyak berkomentar, menurutnya API telah menangkap sinyal-sinyal pesimisme dari pengusaha saat ini. Adanya momentum Lebaran yang tidak lama lagi pun dinilai tidak bisa lagi dijadikan harapan bagi industri.

"Makin sepi tekstil sekarang, makanya kalau impor dibuka lagi lalu ada yang bocor dengan dalih bahan baku akan lebih kacau," ujarnya.

Sebelumnya, API menilai isu pelemahan daya beli masyarakat sudah dirasa sejak lama, tetapi merebaknya isu yang berkembang seperti virus corona dinilai semakin menciutkan permintaan di industri.

Rizal mengatakan meski belum mendapat data akurat terkait sektor yang memiliki permintaan naik tetapi saat ini masyarakat dirasa masih belum memprioritaskan pembelian TPT.

"Sejak akhir Januari [2020] memang permintaan semakin melemah, juga dengan sudah ada yang mengumumkan mulainya periode Ramadan, permintaan tidak seramai biasanya. Ini sedang ada [virus] corona mungkin masyarakat lebih memilih membeli barang pokok dan kesehatan dibanding pakaian," katanya.

Pihaknya mengaku masih belum dapat meramalkan pertumbuhan produksi industri TPT nasional. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh kondisi perekonomian nasional dan global yang masih labil.

Dia mengemukakan dari sisi pabrikan garmen berorientasi ekspor pun telah cepat mengganti pemasok bahan baku akibat wabah corona. Adapun, wabah corona juga membuat produksi industri antara TPT meningkat.

Sebagian pabrikan lokal berorientasi ekspor telah cepat mengganti negara pemasok bahan baku dari China menjadi India, Bangladesh, dan Vietnam pada Februari 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper