Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Proyek PLTMH Mandek, Ini Sebabnya

Meski pemerintah mendorong proyek energi baru terbarukan, tetapi proyek PLTMH masih cenderung bergerak lambat.
Warga melintas di dekat bendungan katulampa, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020). Bisnis/Abdurachman
Warga melintas di dekat bendungan katulampa, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan energi baru terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro masih bergerak lambat. Tarif yang tidak kompetitif dan permintaan yang minim ditengarai sebagai kendala utama. 

Kendati demikian, PT Wasikita Karya Infrastruktur (WKI) akan terus mengembangkan proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui pembangunan PLTMH di Sumedang dan Pulau Buru.

Komisaris PT Waskita Karya Insfrastruktur, Gunadi Soekardjo mengatakan bahwa target 35 persen bauran EBT pada 2025 kini baru menyentuh angka 8 persen.

"Pmeirntah menargetkan 2025 harusnya 35 persen [bauran EBT] saat ini masih 8 persen. Jadi EBT ini harus terus didorong," katanya kepada Bisnis, di Cikarang, pada Kamis (5/3/2020).

Menurutnya, ada beberapa kendala yang menyebabkan pengembangan PLTMH tersendat seperti harga listrik EBT masih lebih mahal sehingga margin bagi investor sangat tipis.

Dalam catatan Bisnis, berdasarkan laporan keuangan Waskita Karya, PT Waskita Sangir Energy, mengelola PLTMH Sangir dan PLN sepakat membanderol listrik yang dihasilkan dari pembangkit tersebut sebesar Rp1.182,5 kWh untuk tahun pertama hingga tahun kedelapan beroperasi.

Sementara itu, harga listrik pada periode operasi di tahun kesembilan hingga akhir perjanjian dipatok Rp825 per kWh. 

"Selain itu, demand-nya juga sedikit, contohnya di Sangir. Energi listrik di sana berkapasitas 13 megawatt tapi hanya terserap 6,5 megawatt. Jadi pemanfaatan kapasitasnya rata-rata masih di bawah 65 persen. Itu secara investasi nge-press," katanya.

Lebih lanjut, WKI akan mengembangkan PLTMH di Sumedang dengan kapasitas 50 megawatt.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) Eko Widianto mengatakan bahwa selain di Sumedang, WKI juga akan membangun PLTMH di Pulau Buru, Maluku dengan kapasitas 11 megawatt.

Pembangunan pembangkit listrik tersebut tinggal menunggu perjanjian jual beli listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

"Dua pembangkit itu tinggal menunggu PPA [power purchase agreement]. Kalau sudah PPA, tinggal jalan, kami bisa langsung kerjakan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper