Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wabah Corona Malah Dorong Produktivitas Produsen Serat dan Benang Filamen

Meluasnya wabah virus corona dan implementasi bea masuk tindakan perlindungan sementara (BMPTS) pada beberapa artikel tekstil, dorong produksi industri serat dan benang filamen.
Karyawan pabrik masker di Changyuan, Provinsi Henan, memeriksa hasil pekerjaannya di tengah tingginya permintaan masker di China selama berjangkitnya wabah COVID-19./Antara
Karyawan pabrik masker di Changyuan, Provinsi Henan, memeriksa hasil pekerjaannya di tengah tingginya permintaan masker di China selama berjangkitnya wabah COVID-19./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) memproyeksi akan ada kenaikan kapastas produksi dan  kapasitas terpasang pada semester I/2020.

Hal tersebut disebabkan oleh berlanjutnya wabah virus corona dan implementasi bea masuk tindakan perlindungan sementara (BMPTS) pada beberapa artikel tekstil.

Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta menyatakan volume produksi pabrikan hulu tekstil dan produk tekstil (TPT) pada Februari 2020 naik tipis. Pasalnya, ujarnya, produk-produk hulu TPT di gudang-gudang industri mulai diserap oleh pasar lokal.

"Menurut hitungan kami yang lebih besar dampaknya [karena wabah] corona]. Karena [wabah] corona mereka [pabrikan hilir TPT]  muali mencari [bahan baku] lokal. Serapan bahan baku lokalnya yang mulai naik," katanya kepada Bisnis, Senin (2/3/2020).

Redma berujar kenaikan pada industri hulu TPT terlihat pada serapan benang oleh industri kain. Sementara itu, Redma menyampaikan belum ada pergerakan permintaan signifikan pada industri serat nasional.

Namun demikian, lanjutnya, merebaknya wabah virus corona memungkinkan pabrikan serat polyester yang mati suri kembali beroperasi penuh. Menurutnya, utilitas pabrikan serat polyester pada tahun ini dapat naik menjadi di sekitar level 83,33 persen dari realisasi tahun sekitar 71,42 persen.

Dengan kata lain, pembangunan sebagian pabrikan yang mati suri akan membuat kapasitas produksi industri polyester naik sekitar 100.000 ton per tahun. Seperti diketahui, pabrikan polyester nasional memiliki total kapasitas terpasang sekitar 840.000 ton per tahun.

"Yang 100.000 ton [sisanya] tidak bisa dinaikkan lagi karena sebagian pabrik sudah mati sepenuhnya dan tidak bisa dihidupkan lagi. Jadi, tidak maksimal," ucapnya.

Namun demikian, industri tekstil lokal juga akan merasakan dampak wabah virus corona jika wabah virus tersebut belum terselesaikan pada Februari 2021. Redma mengatakan hal tersebut disebabkan karena industri kain nasional mulai bergantung pada zat pewarna impor China sejak 2015.

Redma menyampaikan saat ini sebagian pabrikan telah mengganti pemasok zat pewarna dari India. Namun demikian, lanjutnya, jenis warna yang ditawarkan terbatas. Dengan kata lain, wabah corona dapat menggenjot pertumbuhan industri antara TPT, namun masih tertahan.

Oleh karena itu, Redma meramalkan akan ada kenaikan produksi sekitar 5 persen-10 persen pada kuartal I/2020. Sementara itu, volume produksi industri tekstil pada kuartal II/2020 diperkirakan mencapai 15 persen.

"Angka-angka impor [bahan baku TPT] itu rata-rata turun 5 persen, ini masih angka impor Januari. Menurut saya akan lebih turun lagi pada Februari dan Maret karena penurunan impor dari China sekarang juga akan diikuti dari Korea Selatan dan Taiwan. Impor kain paling banyak dari tiga negara itu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper