Bisnis.com, JAKARTA - Percepatan pemulihan bagi industri penerbangan dengan menaikkan tarif batas atas (TBA) dinilai lebih penting dibandingkan dengan memberikan insentif bagi pariwisata saat ini.
Pengamat penerbangan dari CommunicAvia Gerry Soedjatman mengatakan pemerintah lebih baik fokus terhadap antisipasi penanganan dan dampak ke penerbangan jika sampai munculnya kasus Corona (Covid-19) di Indonesia.
"Kalau sampai outbreak terjadi seperti di Korea Seltan dan di Italia, mau digratiskan tarifnya pun akan sulit mendongkrak angka pariwisata," jelasnya, Senin (24/2/2020).
Menurutnya, salah satu solusi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menaikkan TBA agar maskapai bisa melakukan subsidi silang dengan tiket murah guna mendukung program pariwisata pemerintah pada masa lesu. Penurunan tarif sebesar 30 persen dari TBA, akan menjadi sulit karena maskapai juga perlu menutup kerugian dari menjual tiket murah.
Gerry menjelaskan jika TBA naik dua kali lipat, dan TBB dihapuskan pada musim low season saat ini, maka harga tiket bisa turun separuhnya nya dari harga berlaku saat ini.
Namun, sepertinya, kata dia ada resistensi politis terkait dengan masalah TBA ini.
Baca Juga
Terkait dengan penurunan harga avtur, Gerry berpendapat jika pertamina bersedia menual rugi maka hal tersebut bisa saja dilakukan. Namun, lanjutnya jika hanya untuk penerbangan tertentu dan pada hari - hari tertentu, dalam pelaksanaan teknisnya berpotensi timbulnya polemik dan penyalahgunaan.
"Menurut saya di luar mau mensubsidi sih udah susah dan mungkin sudah mentok. Saya rasa kalo subsidi akan panjang urusannya dan harus sangat hati-hati," tekannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel