Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Virus Corona, OJK Siapkan Insentif bagi Industri keuangan

Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso berjanji memberikan insentif kepada industri keuangan untuk meminimalisir dampak wabah Covid-19.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan paparan saat konferensi pers tutup tahun OJK, di Jakarta, Rabu (19/12/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan paparan saat konferensi pers tutup tahun OJK, di Jakarta, Rabu (19/12/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA  - Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso berjanji memberikan insentif kepada industri keuangan untuk meminimalisir dampak wabah Covid-19.

Seperti diketahui virus yang telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang ini dipastikan akan menggangu laju perekonomian dalam negeri.

Namun, Wimboh belum dapat memberikan rincian mengenai stimulus yang dimaksud. Dia hanya memastikan kebijakan dari otoritas akan memberikan ruang bagi sektor riil dan keuangan untuk menyerap dampak Covid-19.

“Ya nanti tunggu. Akan ada stimulus, sehingga tidak terlalu memberikan negatif impact kepada sektor keuangan dan ekonomi secara keseluruhan,” katanya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/2/2020).

Wimboh melanjutkan bahwa industri keuangan lazimnya akan merasakan imbas secara gradual setelah sektor riil tertekan. Dia mencontohkan kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) biasanya akan muncul sekitar 3 bulan setelah sektor rill terganggu.

Saat ini sektor industri telah melaporkan sejumlah gangguan akibat Covid-19. Satu di antaranya adalah terhambatnya arus bahan baku yang diimpor dari China hingga tarif impor.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang sempat menyampaikan bahwa harga baja impor terkena dampak virus Covid-1. Sementara waktu baja yang dipasok dari China tak lagi dikenakan harga berdasarkan perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement antara China dan negara-negara Asean.

Namun secara kuantitas pasokan impor baja dari China belum terkendala. Industri menyesuaikan diri dengan harga yang lebih mahal tersebut.

Sementara itu kesulitan bahan baku terjadi pada industri elektronik. Pasalnya ketergantungan bahan baku Indonesia dari China terkait sektor tersebut terbilang tinggi.

Bila dirinci, bahan baku untuk televisi dari China berkisar 60 persen hingga 80 persen. Kemudian pendingin udara, kulkas, dan mesin cuci sekitar 50 persen.

Hal ini pada kondisi terburuk akan memaksa pelaku usaha menaikan harga jual. Lebih parah lagi hal ini bisa berimbas pada pengurangan karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper