Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian PUPR Kembangkan Teknologi Mortar Busa. Ini Fungsinya

Kementerian PUPR mengembangkan teknologi mortar busa sebagai solusi untuk kontruksi di tanah lunak.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/6/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/6/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Badan Penelitian dan Pengembangan mengembangkan teknologi mortar busa sebagai solusi untuk kontruksi di tanah lunak.

Sebagai informasi, diperkirakan sekitar 20 juta hektare atau sekitar 10 persen dari luas total daratan di Indonesia adalah tanah lunak.

Adapun, penyebaran tanah lunak umumnya dijumpai pada daerah dataran pantai, antara lain di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, Pantai Timur Pulau Sumatera, Pantai Selatan Pulau Kalimantan, Pantai Timur Pulau Kalimantan, Pantai Selatan Pulau Sulawesi, Pantai Barat Pulau Papua dan Pantai Selatan Pulau Papua.

Kondisi ini membuat daya dukung tanah rendah sehingga tidak dapat menyokong struktur bangunan di atasnya dengan baik, seperti membuat jalan amblas dan keretakan gedung.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mendorong para peneliti untuk menghasilkan karya yang memberikan dampak positif bagi penyediaan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan tetap memperhatikan kriteria murah, mudah, cepat dan berkelanjutan.

“Hasil-hasil Litbang sangat penting untuk mempercepat pencapaian target pembangunan infrastruktur melalui inovasi-inovasi yang lebih murah, lebih cepat dan lebih baik,” kata Menteri Basuki melalui keterangan tertulis, Senin (24/2/2020).

Untuk diketahui, mortar busa merupakan optimalisasi penggunaan busa dengan mortar (pasir, semen dan air) berkekuatan tinggi sehingga ideal menjadi dasar atau perkerasan jalan pada tanah lunak yang dikembangkan oleh Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatan).

Keunggulan dari teknologi ini diantaranya adalah dapat menghemat dana hingga 60 - 70 persen dan dapat menghemat waktu pengerjaan hingga 50 persen jika dibandingkan dengan konstruksi konvensional. Selain itu, Basuki menyatakan teknologi itu juga ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit material konstruksi terutama bahan alam.

Salah satu contoh pemanfaatan teknologi mortar busa ini adalah Jalan Layang Antapani di Bandung, Jawa Barat. Seperti diketahui, Jalan Layang Antapani merupakan pilot project teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia.

CMP adalah pengembangan teknologi mortar busa yang dikombinasikan dengan struktur baja bergelombang. Pekerjaan lainnya antara lain Flyover Klonengan di Tegal dan Flyover Manahan di Solo.

Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah, atau sub base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.

Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pelaksanaan pembangunan jalan layang juga lebih efisien secara pembiayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Agne Yasa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper