Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Jelaskan Kinerja Produksi Yang Turun

Proses peralihan penambangan dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah membuat berdampak pada penurunan produksi sekitar 50 persen dari kapasitas produksi normal yang ada di angka 300.000 ton bijih per hari.
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia mengakui adanya penurunan produksi sebesar 50 persen sepanjang tahun lalu akibat masih dalam proses peralihan penambangan dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah. 

Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan proses penambangan pada open pit selesai pada 2019 lalu perusahaan akan memulai menambang underground pada tahun ini.

Tambang open pit milik Freeport Indonesia yakni Grasberg open pit, sedangkan tambang bawah tanah yaitu DOZ Block Cave dan Grasberg Block Cave.

Proses transisi tersebut membuat berdampak pada penurunan produksi sekitar 50 persen dari kapasitas produksi normal yang ada di angka 300.000 ton bijih per hari.

"Proses penambangan terbuka sudah selesai 2019 akhir lalu tidak lagi penambangan karena penambangan bawah tanah kami yang sedang kami kembangkan di bawah persis open pit sehingga untuk dapat dibangun sepenuhnya kegiatan di atasnya harus berhenti produksi, dari tahun lau dan kini berkurang 50 persen karena tidak ada lagi dari tambang terbuka," ujarnya dalam RDP Komisi VII DPR RI, Rabu (19/2/2020).

Tahun ini, dia memperkirakan  produksi PTFI belum begitu optimal. Produksi bijih baru akan naik menjadi 75 persen—80 persen dari kapasitas produksi pada 2021. Lalu produksi akan kembali stabil ke posisi 210.000 ton bijih per hari atau 100 persen mulai 2022.

"2020 Grasberg open pit sudah selesai 2022 akan kembali normal, sekitar 210.000 ton bijih per hari, dan akan terus berlanjut sampai 2041," ucapnya.

Produksi PTFI di mulai pada tahun 1973 yang hanya mampu memproduksi 4.000 ton bijih per hari. Namun, setelah Kontrak Karya (KK) kedua pada 1991, ditemukan tambang Grasberg, produksi meningkat sampai tahun 2018 dengan tingkat produksi sekitar 178.000 ton bijih.

"Di tahun 2009 mencapai peak sekitar 240.000 ton bijih per hari, dari kapasitas 300.000 ton bijih," katanya.

Sejak 1972 hingga 2018, PTFI telah mengucurkan investasi tambang senilai US$15,8 miliar. PTFI akan mengucurkan US$15,1 miliar dari tahun 2019 hingga 2041 untuk pengembangan tambang bawah tanah hingga Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI berakhir.

"Untuk tambang bawah tanah US$ 6 miliar-US$ 7 miliar yang sudah kita bangun mulai dari tahun 2004," ucapnya.

Tony menambahkan potensi cadangan dan sumber daya di wilayah Freeport masih sangat besar. PTFI masih memiliki cadangan mineral sebanyak 1,2 miliar ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper