Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Virus Corona, Neraca Dagang Januari 2020 Diperkirakan Tekor

Neraca dagang Indonesia kembali mengalami defisit pada awal 2020, dipicu oleh penurunan realisasi ekspor dan impor.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Angka neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Februari 2020 diprediksi kembali mengalami defisit.

Mengacu pada data Bloomberg, defisit perdagangan per Januari 2020 diperkirakan mencapai rata-rata US$216,2 juta. Data tersebut mengacu pada hasil konsensus dari 11 ekonom.

Kepala Ekonom PT Bank BCA Tbk. David Sumual memprediksi neraca dagang Indonesia kembali mengalami defisit pada awal 2020. Defisit tersebut itu dipicu oleh penurunan realisasi ekspor dan impor.

Menurutnya, Realisasi impor turun karena banyaknya hambatan, termasuk wabah virus corona. Sementara itu, ekspor juga mengalami kontraksi lantaran perlambatan produksi dalam negeri.

"Kami memprediksi defisit perdagangan pada Januari 2020 mencapai US$127 juta. Kekhawatiran banyak pihak akan wabah virus corona langsung berdampak terhadap ekspor-impor," katanya ketika dihubungi Bisnis, Minggu (17/2/2020).

Dia memaparkan belum adanya kejelasan terkait penanganan virus Corona membuat semua kegiatan lini bisnis di China belum sepenuhnya normal. Situasi tersebut, lanjutnya, telah berlangsung sejak libur Hari Raya Imlek hingga saat ini.

Menurutnya, penurunan impor tidak hanya terfokus pada barang modal, tetapi barang jadi. Apalagi, virus Corona kini juga menyebar hingga ke Singapura. Apalagi, China dan Singapura merupakan mitra dagang penting yang dimiliki Indonesia.

Selain soal pasokan, David juga menyoroti penurunan harga komoditas primer. Meski sempat mengalami kenaikan, dia mengatakan harga CPO kembali turun dalam beberapa waktu terakhir.

Melihat tidak kondusifnya situasi eksternal, dia mengingatkan pemerintah untuk melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menjaga daya beli masyarakat.

"Pemerintah harus segera merealisasikan belanja, misalnya program atau kegiatan untuk memacu pasar domestik. Jangan sampai konsumsi rumah tangga juga turun. Selain itu, ini pelajaran agar kita tidak bergantung pada 1-2 negara sebagai tujuan ekspor dan impor, harus ada diversifikasi," ungkapnya.

Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk. Wisnu Wardhana justru memprediksi neraca dagang Indonesia mengalami surplus US$134 juta.

Terkait penyebaran virus Corona atau Covid-19, dia mengatakan masih harus menghitung dampak yang mungkin terjadi terhadap perekonomian nasional.

"Covid-19 pertama kali dilaporkan 31 Desember 2019 dan darurat sejak 21 Januari 2020. Kami tengah menghitung dampak netto terhadap perdagangan karena ekspor komoditas utama akan turun, tapi impor jug turun," ungkapnya.

Wisnu menuturkan penurunan terbesar berasal dari China. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu merupakan mitra dagang utama Indonesia, baik untuk ekspor maupun impor. Menurutnya, penyebaran virus corona tidak hanya terjadi di China, tetapi Asia Timur dan Tenggara secara keseluruhan.

"Ada dampak tidak langsung ke negara-negara ASEAN dan Asia yang juga ikut melemah kegiatan ekonominya akibat wabah Covid-19," jelasnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan Januari 2020 pada hari ini, Senin (17/2/2020), pada pukul 11:00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper