Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Manufaktur, Ramadan dan Lebaran Tak Dorong Produksi

Pelaku industri diperkirakan cenderung menurunkan kapasitas produksi dan pembelian stok bahan baku yang terlihat dari indeks PMI yang menurun 20 basis poin menjadi 49,5 pada awal tahun. 
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara (kanan) dan Peneliti Indonesia for Global Justice (IGJ) Hafidz Arfandi memberikan paparan dalam diskusi bertajuk Di Bawah Bayangan Perang Dagang & Ancaman Defisit Berkepanjangan, di Jakarta, Selasa (18/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara (kanan) dan Peneliti Indonesia for Global Justice (IGJ) Hafidz Arfandi memberikan paparan dalam diskusi bertajuk Di Bawah Bayangan Perang Dagang & Ancaman Defisit Berkepanjangan, di Jakarta, Selasa (18/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Produksi pelaku industri manufaktur pada kuartal II/2019 belum akan bertumbuh signifikan kendati didorong oleh periode Ramadan dan Lebaran.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan pelaku industri diperkirakan cenderung menurunkan kapasitas produksi, dan pembelian stok bahan baku terlihat dari Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) yang menurun 20 basis poin menjadi 49,5 pada awal tahun. 

Hal itu sebagai langkah antisipasi beberapa bulan ke depan terjadi perlambatan permintaan baik domestik maupun global salah satunya karena dampak virus corona

"Kekhawatiran juga berbarengan dengann pembatasan impor bahan pangan yang masih menunggu Permendag lengkap karena berisiko mengganggu rantai pasok industri dan confidence dari konsumen," katanya, Minggu (9/2/2020).

Untuk itu, Bhima mengemukakan yang perlu disiapkan pelaku usaha adalah melakukan downsizing atau penyesuaian harga jual barang dengan menurunkan kuantitas atau kualitas produk shingga bisa terjangkau daya beli masyarakat. 

Strategi selanjutnya adalah dengan lebih rasional dalam melakukan strategi bisnis. Menurutnya, ekspansi yang terlalu agresif harus sedikit direm dahulu.

Sementara itu, pelaku industri yang berorientasi ekspor disarankan memperluas pasar ke negara negara alternatif, menyusul proyeksi ekonomi China yang turun cukup tajam pada 2020. 

Di sisi lain, jelasnya, pemerintah harus mempercepat relaksasi perpajakan khususnya memberikan diskon pajak pertambahan  nilai atau PPN kepada industri yang mengalami tekanan, misalnya elektronik dan otomotif. 

"Saya sarankan pemerintah lebih hati-hati melakukan pembatasan impor khususnya bahan baku makanan minuman dari China. Perlu dikaji mendalam apakah perlu sampai dibatasi impor produk hewan dan pertanian, kapan jangka waktunya, jadi ada kepastian," ujar Bhima.

Sembari melakukan hal itu, dia menilai pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat dengan menunda rencana pencabutan subsidi LPG 3kg. Di samping itu, kenaikan pos tarif yang membebani lainnya juga dapat dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper