Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Mulai Ganggu Industri Nasional

Kementerian Perindustrian tengah menyiapkan strategi substitusi impor dalam jangka pendek, menengah, dan panjang untuk menghadapi dampai virus corona kepada industri nasional.
Presiden Joko Widodo (tengah) memimpin rapat terbatas (ratas) di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020)./ ANTARA - Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (tengah) memimpin rapat terbatas (ratas) di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020)./ ANTARA - Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan wabah virus corona di China akan memberikan dampak pada proses produksi pabrikan nasional. Pasalnya, kementerian mencatat sekitar 30 persen bahan baku seluruh pabrikan nasional berasal dari China.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya tengah menyiapkan strategi substitusi impor dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Agus menilai hal tersebut penting lantaran sebagian besar pabrikan bahan baku di China diduga menurunkan kapasitas produksi atau tidak berproduksi karena virus corona.

"Dampak [virus] corona suka atau tidak suka pasti ada. Ini masih kami siapkan untuk substitusi impornya. Tapi, kalau tidak ada penggantinya, tentu itu=
 akan menganggu proses produksi di industri," katanya di Kementerian Perindustrian, Rabu (5/2/2020).

Agus menambahkan virus corona juga akan mempengaruhi performa ekspor pabrikan nasional. Agus berujar hal itu disebabkan China merupakan salah satu mitra dagang utama pabrikan domestik.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 mencatat nilai ekspor non-migas ke China naik 16,68 persen menjadi US$25,8 miliar dari tahun sebelumnya US$24,4  miliar. Adapun, China menjadi negara tujuan ekspor dengan nilai ekspor terbesar atau menopang 16,68 persen dari total nilai ekspor 2019.

Adapun, nilai impor non-migas pada tahun lalu dari China turun 1,49 persen secara tahunan dari US$45,2 miliar menjadi US$44,5 miliar. Adapun, China menopang 29,95 persen dari total impor non-migas nasional.

"Kita harus mengambil asumsi bahwa kemampuan belanja dari masyarakat China sendiri, berkaitan dengan dampak viru corona, menurun atau rendah," paparnya.

Maka dari itu, Agus menyatakan pihaknya sedang mencari pasokan bahan baku dari negara lain dalam jangka pendek. Sementara itu, Agus menyatakan merebaknya wabah tersebut dapat menjadi peluang bagi investor yang mengembangkan industri bahan baku.

Untuk ekspor, Agus berujar akan agresif mencari pasar-pasar non-tradisional seperti di Afrika maupun Amerika Selatan. Menurutnya, peluang pabrikan lokal untuk mendistribusikan produknya ke pasar tersebut masih terbuka.

Alhasil, Agus menyatakan tidak merevisi pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas pada tahun ini yakni tumbuh 5,3 persen. Menurutnya, pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh penurunan tarif gas yang dijanjikan pemerintah paling lambat dimulai pada awal kuartal II/2020.

"Tidak ada alasan untuk merevisi target pertumbuhan manufaktur ke 5,3 persen tahun 2020, walaupun kita sedang menghadapi virus corona," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper