Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Bakal Membaik, Tapi Tidak Dalam Kuartal Ini

Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Indonesia yang tercatat turun ke posisi 49,3 pada bulan Januari 2020 dari level 49,5 pada Desember 2019
Buruh pabrik garmen berjalan keluar pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (20/2/2017)./Antara-Yulius Satria Wijaya
Buruh pabrik garmen berjalan keluar pabrik di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (20/2/2017)./Antara-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Indonesia yang tercatat turun ke posisi 49,3 pada bulan Januari 2020 dari level 49,5 pada Desember 2019 akan membaik pada tahun ini.

Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Myrdal Gunarto mengatakan hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik global maupun domestik yang masih belum agresif. Kondisi tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga kuartal I/2020.

"Setelah dampak negatif perang dagang, kita melihat ada dampak negatif dari penyebaran virus korona yang akan menghambat ekspansi sektor manufaktur domestik yang terefleksi dari level PMI yang kelihatannya masih di bawah 50," katanya, Senin (3/2/2020).

Myrdal menambahkan usai kuartal I/2020, PMI dipastikan akan membaik. Pasalnya, ada periode Ramadan dan Lebaran pada kuartal II/2019 yang akan menjadi pendorong.

Selanjutnya, peningkatan PMI akan lebih signifikan pada paruh kedua 2020. Dia pun memproyeksi pada akhir tahun PMI akan bergerak naik pada level 51.

Di sisi lain, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah indeks PMI yang masih dibawah 50 menunjukkan keyakinan pelaku industri terhadap kondisi ekonomi. Menurutnya, dalam tiga bulan ke depan PMI masih rendah.

"Ketidakyakinan pelaku industri didasarkan kepada kondisi ekonomi global dan domestik yang memang tidak cukup meyakinkan. Apalagi diakhir januari perekonomian global terkena virus corona," katanya, Senin (3/2/2020).

Piter mengemukakan virus corona akan berdampak sangat negatif baik kepada pertumbuhan ekonomi global maupun domestik. Dengan demikian, indeks PMI selama tiga bulan ke depan masih akan di zona kontraktif.

Adapun menurut Piter yang dapat menjadi pemicu kenaikan PMI adalah naiknya harga komoditas seperti CPO, nickel, dan karet.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Rizal Rakhman mengatakan hasil Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Indonesia yang tercatat turun ke posisi 49,3 pada bulan Januari 2020 dari level 49,5 pada Desember 2019 dikarenakan kondisi yang belum stabil.

"Pengusaha belum dalam kondisi stabil apalagi untuk ekspansi, umunnya masih berfokus dan berpikir ulang dalam menormalkan lagi usahanya," ujar Rizal.

Sebelumnya, Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan bahwa penurunan aktivitas manufaktur Indonesia terus berlanjut hingga awal tahun, dengan penurunan lebih jauh pada kondisi operasional selama bulan Januari.

"Terlebih lagi, kondisi permintaan nampaknya melemah pada awal tahun. Penjualan baru menurun dan meningkatkan kapasitas kosong di sektor manufaktur, yang kemudian membebani perekrutan tenaga kerja,” ungkap Bernard.

Bernard mengungkapkan tren melemahnya penjualan juga mendorong perusahaan mengurangi aktivitas pembelian dan mengakumulasi stok bahan baku. Produsen juga harus memanfaatkan pesanan sebelumnya untuk mempertahankan tingkat produksi.

"Meskipun ekspektasi jangka panjang bertahan positif dengan Indeks Output Masa Depan, yang merupakan tolok ukur optimisme, naik ke posisi tertinggi selama delapan bulan, tingkat optimisme ini dapat memudar jika permintaan terus menurun pada bulan-bulan mendatang,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper