Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Januari, APSyFI: Produk Impor Baru Habis Akhir Kuartal I/2020

Asosiasi mendata serapan produk hulu TPT rendah sejak awal semester II/2019 akibat tingginya arus impor produk antara TPT ke dalam negeri. 
Pekerja mengawasi mesin bordir komputer di rumah produksi bordir di Jakarta, Senin (15/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja mengawasi mesin bordir komputer di rumah produksi bordir di Jakarta, Senin (15/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) menyatakan rendahnya serapan produk industri hulu tekstil dan produk tekstil berlanjut hingga awal 2020.

Asosiasi mendata serapan produk hulu TPT rendah sejak awal semester II/2019 akibat tingginya arus impor produk antara TPT ke dalam negeri. 

Hal tersebut sejalan dengan indeks Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia yang terus berada di bawah level 50,0 selama 7 bulan terakhir. Adapun, PMI Januari kembali tertekan ke level 49,3 dari posisi bulan sebelumnya di posisi 49,5. 

"Desember [2019] itu menurut sumber kami sudah masuk [pasokan bahan baku TPT untuk] 2 - 3 bulan [ke depan]. Begitu dipotong aliran barangnya, stok di gudang [industri] sudah banyak," kata Anggota Eksekutif APSyFI Prama Yudha Amdan kepada Bisnis.com, Senin (3/2/2020). 

Prama menambahkan kelesuan industri TPT nasional juga terlihat dari melambatnya proses produksi tahunan. Prama menyampaikan proses produksi pabrikan pada awal tahun ini molor sekitar 1 - 2 minggu. 

Selain itu, lanjutnya, pabrikan pada awal 2020 hanya memanggil karyawan tetap dan menunda pemanggilan karyawan kontrak. Prama menilai hal tersebut disebabkan oleh penuhnya pasokan barang TPT di gudang-gudang industri lantaran masih ada sisa produk impor di pasaran. 

Di sisi lain, Prama menjelaskan sebagain besar pabrikan TPT pada 7 bulan terakhir menahan investasi lantaran masih menunggu kepastian regulasi dari pemerintah untuk menghadang impor. Menurutnya, pabrikan hanya mengucurkan dana untuk kegiatan operasi biasa dan tidak menambah kapasitas produksi secara masif. 

Peluang Wabah

Prama menilai merebaknya wabah virus korona di distrik Wuhan, China bisa menjadi peluan pabrikan TPT nasional. Pasalnya, Wuhan merupakan salah satu distrik manufaktur China. Dengan kata lain, pasokan produk TPT dari China akan melambat. 

"Dalam 30 tahun terakhir, baru kali ini Toyota shutdown produksinya di sana. Karena supply [produk TPT] mereka berhenti, kemungkinan akan ada peluang negara non-China garap mereka punya pasar lagi," paparnya. 

Selain itu, lanjutnya, merebaknya wabah virus corona tersebut bertepatan dengan bulan perayaan Hari Raya Imlek. Seperti diketahui, China mengurangi kapasitas produksinya selama satu bulan saat Hari Raya Imlek. 

Oleh karena itu, Prama meramalkan industri TPT nasional akan mendapatkan berkah Ramadhan mengingat pasokan bahan baku di pasar akan tergantikan dengan bahan baku lokal pada awal kuartal II/2020. 

 Di sisi lain, Prama menilai fokus regulasi pemerintah saat ini sudah didesain mendukung industrialisasi. Menurutnya, kondisi industri TPT nasional akan membaik selama pemerintah konsisten dalam mengimplementasikan regulasi tersebut. 

"Kalau cukai main atau importir main, itu beda cerita. Tapi, kalau kami lihat ini sudah membaik," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper