Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keterbatasan Lapangan Pekerjaan Picu Disparitas Kemiskinan Kota dan Desa

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan di pedesaan adalah keterbatasan lapangan kerja. Sektor lapangan kerja di pedesaan umumnya terbagi atas buruh tani dan petani.  Sementara itu, pertumbuhan upah buruh tani selama ini cukup stagnan.
Permukiman kumuh di bantaran anak Sungai Musi di Palembang, Sumatra Selatan./Antara-Feny Selly
Permukiman kumuh di bantaran anak Sungai Musi di Palembang, Sumatra Selatan./Antara-Feny Selly

Bisnis.com, JAKARTA – Keterbatasan lapangan kerja menjadi penyebab utama timpangnya angka kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Program pengentasan kemiskinan seperti peningkatan akses masyarakat terhadap lahan dan utilisasi dana desa perlu dilakukan untuk melakukan pemerataan pembangunan.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, salah satu penyebab tingginya angka kemiskinan di pedesaan adalah keterbatasan lapangan kerja. Sektor lapangan kerja di pedesaan umumnya terbagi atas buruh tani dan petani.  Sementara itu, pertumbuhan upah buruh tani selama ini cukup stagnan.

“Kalaupun mengalami kenaikan, angkanya tidak besar sehingga mereka tetap terjebak di masyarakat berpenghasilan rendah,” jelas Tauhid saat dihubungi pada Rabu (15/1/2020).

Tauhid menjelaskan, sektor pertanian di pedesaan amat bergantung pada musim dan luas lahan. Apabila salah satu dari dua hal tersebut mengalami gangguan, masyarakat di desa akan kesulitan menjalankan kegiatan ekonomi yang signifikan.

Faktor lainnya adalah minimnya sumber pendapatan tambahan di desa. Kebanyakan dari masyarakat pedesaan yang miskin belum memiliki akses yang baik ke Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu sarana peningkatan taraf hidup masyarakat. Akibatnya, kebanyakan warga desa lebih memilih bermigrasi ke wilayah perkotaan.

Selain itu, sebagian besar petani desa adalah petani tanaman pangan. Sedangkan, nilai tambah (value added) jenis ini lebih rendah dibandingkan komoditas lain seperti perkebunan, sayur, dan lainnya karena harga pangan yang saat ini cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikan.

“Harga pangan yang stabil membuat petani pangan otomatis tidak menikmati hasil kenaikan harga,” ungkapnya.

Tauhid mengatakan pemerintah perlu memprioritaskan program-program pengentasan kemiskinan di masyarakat pedesaan dalam rangka melakukan pemerataan pembangunan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menempatkan anggaran yang cukup besar pada daerah berbasis pertanian. Pemerintah juga wajib menjaga harga pembelian tetap stabil dan cukup tinggi karena kehadiran pedagang pengumpul, perantara, dan lainnya.

Ia melanjutkan, akses petani ke modal-modal produksi juga perlu ditingkatkan. Membantu petani-petani memperoleh lahan tambahan untuk dikelola akan meningkatkan produktivitas petani dan kedepannya kesejahteraan masyarakat sekitar.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pemerintah juga perlu melakukan utilisasi dana desa dengan melakukan targeting dana tersebut khusus untuk masyarakat miskin di pedesaan. Program-program pemberdayaan seperti capacity building, penyediaan sarana-prasarana, atau pendidikan terkait pemanfaatan lahan yang lebih optimal dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin di desa.

“Perlu ada targeting khusus dana desa kepada masyarakat miskin karena kebanyakan anggaran ini dinikmati oleh kalangan elit desa,” ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan pada September 2019 mencapai 9,22% atau turun 0,19% terhadap Maret 2019 dan menurun 0,44% terhadap September 2018. Jumlah penduduk miskin pada September 2019 tercatat 24,79 juta orang atau turun 0,36 juta orang terhadap Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018.

Meskipun secara total kemiskinan turun, tapi masih ada permasalahan tingginya disparitas kemiskinan antara perkotaan dan perdesaan masih tinggi. Persentasi kemiskinan di kota pada September 2019 tercatat 6,56%, sedangkan persentase kemiskinan di perdesaan mencapai 12,60%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper