Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Investasi 15 Pabrik Gula, 3 Investor Beri Kepastian

Sebanyak tiga investor telah merealisasikan komitmennya terkait target investasi 15 pabrik gula (PG) baru sampai 2024.
Pekerja mengangkut gula di Pabrik Gula Rendeng, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (10/6)./Antara-Yusuf Nugroho
Pekerja mengangkut gula di Pabrik Gula Rendeng, Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (10/6)./Antara-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak tiga investor telah merealisasikan komitmennya terkait target investasi 15 pabrik gula (PG) baru sampai 2024.

Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian Agus Wahyudi mengungkapkan dua di antara investor tersebut disebutnya bakal mengembangkan PG di Provinsi Maluku, tepatnya di Kabupaten Seram Barat dan Kepulauan Tanimbar dengan kapasitas pabrik sebesar 6.000 ton tebu per hari (TCD). 

“Untuk yang di Seram Barat pengembang sedang melakukan uji coba varietas. Dengan demikian, ketika pabrik sudah jadi, mereka bisa langsung giling. Ketiga investor ini lahannya sudah pasti,” katanya, Rabu (8/1/2020). 

Agus mengemukakan bahwa insentif yang diterima PG baru sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Industri Nomor 10 Tahun 2017 direncanakan akan dimulai pada 2020. Dalam beleid tersebut, PG yang beroperasi di bawah kapasitas terpasang diperkenankan untuk memproduksi gula kristal putih dengan menggunakan gula mentah impor sebagai bahan baku.

 “Pada tahun 2019, impor gula mentah untuk GKP tidak ada. Rencananya tahun ini akan dilakukan,” ujar Agus.

Sementara itu, produksi gula pada 2020 berpotensi terkoreksi seiring kondisi calon tanaman yang mengalami penurunan kualitas akibat kemarau panjang pada 2019. 

Adapun produksi pada tahun lalu memperlihatkan peningkatan kendati meleset dari target awal yang ditetapkan pemerintah. 

Agus  mengatakan penanaman tebu di lahan kering yang biasanya dimulai pada Oktober—Desember terganggu lantaran kemarau yang panjang. Dia mengatakan banyak ratoon (tanaman tebu hasil tebangan) yang kering lantaran pasokan air yang berkurang. 

“Panen 2019 bagus karena kemarau panjang. Tetapi untuk 2020 perkiraan turun karena ketika ditebang tidak ada air. 2019 lalu hujan baru turun pada Desember, ratoon banyak yang rusak. Mau tidak mau tambal sulam,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper