Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS dan China Ciptakan Optimisme untuk Emerging Markets

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan seluruh dunia menyambut gembira kesepakatan dagang Amerika Serikat dan China. Menurut Ryan, hal ini bisa memberi dampak yang positif dan perbaikan ekonomi pada 2020.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA – Kesepakatan dagang baru antara Amerika Serikat dan China mendorong optimisme baru bagi emerging markets seperti Indonesia.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan seluruh dunia menyambut gembira kesepakatan dagang Amerika Serikat dan China. Menurut Ryan, hal ini bisa memberi dampak yang positif dan perbaikan ekonomi pada 2020.

“Ini akan menciptakan optimisme dan menurunkan tensi ketidakpastian global,” ujar Ryan kepada Bisnis.com, Jumat (13/12/2019).

Dia menyatakan, prospek ekonomi global yang masih bisa membaik ini akan semakin diperkuat dengan kepastian pada Brexit di Inggris. Salah satunya dengan kemenangan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson yang diyakini bisa memberi solusi pada Brexit.

Sebelumnya, pada kesempatan mengkaji prospek ekonomi 2020, Ryan menguraikan bahwa potensi resesi kemungkinan besar tidak terjadi pada 2020, melainkan 2021. Dia menilai, kondisi itu dipicu dengan sejumlah perhitungan pada variabel ekonomi negara Paman Sam.

Ryan memerinci, AS belum tentu mengalami resesi pada 2020 karena masih ada sejumlah variabel yang kuat menopang pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Dia menguraikan bahwa di AS ada empat pilar untuk menjaga pertumbuhan yakni finansial, inflasi, konsumsi, dan aktivitas bisnis.

Dia menjelaskan, berdasarkan data terbaru atas empat indikator tersebut, masih ada masing-masing tiga variabel turunan untuk mengukur tingkat kesehatan ekonomi AS.

Secara total dari 12 variabel tersebut, hanya ada 3 variabel yang masuk dalam tahap waspada yakni; yield curve atau suku bunga obligasi AS tak mencatatkan prestasi, inflasi pada harga komoditas, dan menurunnya permintaan barang baru di Amerika yang menurun sebagai bagian dari geliat aktivitas bisnis.

Berdasarkan ukuran tersebut, Ryan menilai ketakutan pada resesi 2020 di AS dan imbasnya kepada negara lain masih kecil, terutama pada emerging markets. Sebaliknya, jika suasana tegang pada perang dagang AS dan China tak membaik sampai 2020, itu akan memberi dampak pada 9 variabel lain, sehingga berpotensi menyebabkan resesi pada 2021 setelah Pemilu AS, November 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper