Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Industri Akan Membaik Jika Hambatan Regulasi Dibereskan

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) menyatakan performa ekspor pada tahun depan akan sama seperti performa ekspor 2018.
ilustrasi./ANTARA
ilustrasi./ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Sebagian pelaku industri optimistis performa produksi pada tahun depan akan membaik. Namun, hal tersebut dapat terealisasi jika pemerintah menyelesaikan dan merevisi sejumlah perjanjian dagang dan regulasi.

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) menyatakan performa ekspor pada tahun depan akan sama seperti performa ekspor 2018. Nilai ekspor alas kaki pada tahun depan tumbuh 12% lantaran nilai ekspor pada tahun ini merosot 12% dibandingkan realisasi 2018.

“Karena tahun ini turun, kami cuma membalikkan ke posisi semula 920180. Baru, [pada] 2021 naik lagi,” kata Ketua Asprisindo Budiarto Tjandra kepada Bisnis baru-baru ini.

Budi mengatakan target pertumbuhan terebut hanya dapat terealisasi jika negosiasi pakta perdagangan komprehensif dengan Uni Eropa (EU-CEPA) dapat dilaksankana pada tahun depan. Menurutnya, penurunan ekspor alas kaki pada tahun ini juga disebabkan tergerusnya pasar pabrikan lokal oleh pabrikan alas kaki Vietnam.

Budiarto menyatakan hal tersebut disebabkan oleh rampungnya negosiasi pakta perdagangan komprehensif antara Uni Eropa dan Vietnam yang lebih cepat. Alhasil, nilai ekspor alas kaki dalam negeri pada Januari—September 2019 anjlok 12,91% dari US$3,73 miliar menjadi US$3,25 miliar.

Terpisah, Country President PT Schneider Electric Indonesia Xavier Denoly mengatakan pihaknya menilai perekonomian nasional tidak terlalu buruk. Menurutnya, pihaknya akan tetap tumbuh pada tahun depan walau pertumbuhan perekonomian nasional stagnan.

Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh tingginya kebutuhan pabrikan di dalam negeri yang membutuhkan efisiensi energi. Adapun, lanjutnya, kandungan lokal dalam produk Schneider Indonesia telah lebih dari 40%.

“Tidak ada alasan yang menujukkan perekonomian nasional akan runtuh. Tingkat kebutuhan peralatan yang membutuhkan efisiensi di dalam negeri sangat tinggi bahkan kami dapat tumbuh saat pasar tumbuh stagnan,” katanya.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hadi Surjadipraja menargetkan performa produksi industri komponen nasional dapat tumbuh tahun depan hingga 10%. Hadi menyatakan pihaknya akan tetap optimistis walaupun produksi komponen pada tahun ini lebih rendah dari 2018.

Adapun, Direktur Eksekutif Indonesia Zinc Alumunium Steel Industries (IZASI) Putri Maharani meramalkan masa depan industri baja nasional tahun depan akan tetap suram jika tidak ada revisi terhadap penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No.32/2019 tentang pertimbangan teknis impor besi atau baja.

Putri berujar peraturan tersebut memungkinkan industri hilir pemegang angka pengenal importir produsen (API-P) untuk tetap melakukan impor secara masif dengan harga yang lebih rendah dari baja lokal  sekitar 30%—40%. Adapun, aturan tersebut telah diundangkan pada awal kuartal IV/2019 dan mulai berlaku pada awal tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper