Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Bikin Investasi Nonresidensial dan Konsumsi di AS Menurun

Dikutip dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III/2019 dari Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal III/2019, hanya tercatat 2,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 2,3% (yoy).
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Amerika Serikat tumbuh melambat terutama akibat perang dagang yang membuat ekspor tertekan dan berdampak pada permintaan domestik dan investasi non residensial.

Dikutip dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III/2019 dari Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal III/2019, hanya tercatat 2,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 2,3% (yoy).

Dia menjelaskan kinerja ekspor pada kuartal III/2019 tertahan, yaitu hanya tumbuh 0,1% (yoy) setelah pada kuartal sebelumnya mencatat kontraksi 1,7% (yoy). Penurunan ekspor tersebut juga berdampak pada penurunan permintaan domestik, terutama investasi nonresidensial dan konsumsi rumah tangga.

“Investasi AS mengalami perlambatan terutama disebabkan oleh ketegangan perdagangan AS-China yang berdampak pada perlambatan aktivitas produksi sebagaimana tercermin pada utilisasi kapasitas yang tertahan,” tulis Bank Indonesia, dikutip dari laporannya, Senin (2/12/2019).

Adapun perlambatan investasi tercermin dari indikator yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) yang menujukkan kontraksi sektor manufaktur dan industrial production. Konsumsi domestik melambat akibat personal income dan keyakinan konsumen yang menurun. Pada sisi ketenagakerjaan, partisipasi tenaga kerja masih rendah sehingga pertumbuhan upah terbatas

Sementara itu, tekanan inflasi AS masih rendah disertai dengan ekspektasi inflasi yang tetap rendah. Inflasi IHK pada akhir kuartal III/2019 stabil, yakni tercatat sebesar 1,6% (yoy). Sementara itu, inflasi inti meningkat menjadi 2,4% (yoy) didorong oleh tekanan inflasi housing atau perumahan, dan healthcare atau jaminan kesehatan.

Memasuki kuartal IV/2019, tekanan inflasi mulai sedikit meningkat meskipun masih tetap rendah, yaitu sebesar 1,7% (yoy) pada Oktober 2019. Dampak penetapan tarif yang berlaku saat ini terhadap inflasi AS diperkirakan bersifat sementara.

Penetapan tarif 25% pada US$250 miliar produk impor dari China berdampak minimal terhadap inflasi karena terdapat indikasi bahwa korporasi China juga belum meningkatkan harga secara penuh. Adapun ekspektasi inflasi tetap rendah tercermin dari Consensus Forecast Oktober 2019 yang menunjukkan proyeksi inflasi 2019 sebesar 1,7%, atau sama dengan proyeksi pada publikasi pada bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper