Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurangi Karbon, Pelaku Industri Siap Investasi Mesin ‘Hijau’

PT Asia Pacific Fiber Tbk. akan mengalokasikan sekitar 60% dari belanja modal tahun depan sebesar US$12 juta — US$15 juta untuk pengembangan lini produksi ekonomi sirkuler dan pengurangan residu kimia ke sungai.
ilustrasi/.Reuters
ilustrasi/.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pengurangan karbon menjadi salah satu fokus sejumlah pelaku industri manufaktur pada tahun depan. Mereka bakal berinvestasi mesin baru untuk menunjang produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Asosiasi Pengusaha Ban (APBI) menyatakan telah melakukan beberapa modifikasi dalam bahan baku produksi ban. Asosiasi tengah mencari mitra untuk mengelola limbah ban di lingkungan. Limbah ban tidak bisa ditimbun sembarangan lantaran sekitar 90% dari volume ban merupakan bahan kimia.

“Tahun 2013 dibuangnya ribuan ban ke Teluk Meksiko akibatnya beberapa tahun kemudian ikan mati dan lari dari situ. Samarinda itu banjir karena ban-ban [kendaraan] tambang itu ditanamnya di tanah jadi tidak bisa menyerap air. Oleh karena itu, APBI sedang mencari partner untuk joint venture,” kata Ketua Umum APBI Azis Pane kepada Bisnis pekan lalu.

Azis menyatakan kerja sama tersebut bertujuan untuk mengelola ban-ban yang telah habis masa pakainya (end life of tyres/ELT). Menurutnya, sampai saat ini ada dua investor dari Jepang dan Jerman yang dapat menjadi mitra.

Selain pengelolaan ban ELT, Azis menyatakan para anggota asosiasi juga telah mengurangi jejak karbon dari penggunaan ban dengan mengganti pemasok bahan kimia yakni menjadi PT Shell Indonesia dari PT Pertamina (Persero). Dia mengatakan penggantian pemasok bahan kimia tersebut dilakukan agar ban produksi dalam negeri dapat masuk ke pasar eropa.

Menurutnya, bahan kimia yang dipasok dari Shell Indonesia memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dari produk Pertamina. Dengan demikian, lanjutnya, ban lokal dapat membantu konsumen Eropa untuk mematuhi standar Euro 5 yakni pengurangan karbon dari penggunaan kendaraan.

Azis mengatakan para anggota APBI juga telah mencampurkan silika sebagai agen perekat dalam proses produksi selain carbon black. Silika dapat membantu ban berjalan lebih mulus, sehingga konsumsi bahan bakar yang digunakan juga lebih rendah.

“Industri ban itu sudah mengurangi penggunaan karbon. Jadi, memang industri ban sudah mengarah ke clean environment product,” ujarnya.

Presiden Direktur PT Asia Pacific Fiber Tbk. (APF) V. Ravi Shankar mengatakan pihaknya akan mengalokasikan sekitar 60% dari belanja modal tahun depan sebesar US$12 juta — US$15 juta untuk pengembangan lini produksi ekonomi sirkuler dan pengurangan residu kimia ke sungai.

Pihaknya akan membangun fasilitas produksi polyester chip dari botol polyethylene terepthalate (PET). Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pewarnaan pada benang filamen APF dengan menyuntikkan pewarna pada polyester chip.

“[Proses pewarnaanya] tidak pakai air, jadi kami menyuntikkan pigmen warna ke dalam polyester chip. Jadi, capital expenditure [kami] strateginya ke sustainability tahun depan,” katanya.

Sementara itu, Head of Corporate Communications and PR APF Prama Yudha Amdan mengatakan salah satu tujuan penggunaan teknologi injeksi dalam proses pewarnaan benang adalah pengurangan limbah kimia dalam sungai. Menurutnya, hal tersebut akan meningkatkan nilai tambah dalam proses pewarnaan kain.

Sebelumnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan seluruh pabrikan semen di dalam negeri akan memiliki standar pengurangan emisi GRK masing-masing. Adapun, asosiasi mengarahkan agar pabrikan dapat mengurangi emisi ang dihasilkan dengan dasar emisi pada 2010.

“Produsen semen sangat care dan mendukung program penurunan emisi CO2,” katanya kepada Bisnis.

Guna menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam proses produksi, asosiasi menyarankan agar para kontraktor infrastruktur mengganti semen yang biasa digunakan atau ordinary portland cement (OPC) menjadi Portland compostie cement (PCC) dan portland pozzoland cement (PPC) .

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, pencampuran bahan baku semen dengan menggunakan aditif seperti limestone, pozzolan, dan fly ash, dapat menurunkan rasio clinker. Adapun, PCC dan PPC mencampurkan sebagian bahan aditif tersebut saat proses produksi.

Widodo mengatakan penggunaan PCC dan PPC dalam proyek infrastruktur dapat mengurangi GRK hingga 3,5 juta ton per tahun. Selain itu, biaya proyek pun akan semakin kompetitif lantaran harga PCC dan PPC yang lembih murah lantaran rasio clinker yang lebih sedikit.

“Harapan kami, paling tidak [emisi GRK] turunnya 10%-30%. Kesimpulannya dengan adanya penggunaan semen ramah lingkungan, kami bisa menghemat lagi 3,4 juta ton gas rumah kaca,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper