Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang US$161 Juta, Hati-hati Tren Penurunan Impor Barang Modal

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan, ekspor Oktober 2019 dengan nilai US$14,93 miliar ini terkontraksi sebesar 6,13% (yoy). Meski demikian, volume ekspor masih menunjukkan tren pertumbuhan 8,45% (yoy).

Bisnis.com, JAKARTA – Surplus neraca dagang Oktober sebesar US$161,3 juta perlu diwaspadai terutama dengan tren menurunnya impor barang modal.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan, ekspor Oktober 2019 dengan nilai US$14,93 miliar ini terkontraksi sebesar 6,13% (yoy). Meski demikian, volume ekspor masih menunjukkan tren pertumbuhan 8,45% (yoy).

Andry menyatakan rata-rata harga barang ekspor mengalami penurunan sekitar 13,45% (yoy), kondisi ini menjadi faktor utama dalam pergerakan nilai ekspor.

Secara kumulatif, Januari-Oktober 2019, ekspor masih tumbuh melambat 7,80% (yoy), ketika volume juga secara keseluruhan menunjukkan kenaikan 7,67% (yoy).

“Kondisi ini mengafirmasi, tekanan terhadap ekspor masih terpengaruh dengan harga komoditas,” jelas Andry kepada Bisnis.com, Kamis (15/11/2019).

Menurut Andry dari sisi impor, nilai pada Oktober tercatat US$14,77 miliar, atau terkontraksi -16,39% (yoy). Kontraksi tersebut lebih tinggi dari yang diprediksi, baik volume impor maupun rata-rata nilai harga komoditas impor yang masing-masing -13,99% (yoy) dan -2,79% (yoy),

Adapun semua kelompok barang impor mencatatkan kontraksi. Adapun kontraksi terdalam adalah barang modal. Beberapa komoditas impor lain yang menurun adalah barang konsumsi, dan barang baku atau penolong.

Secara year-on-year (yoy), impor barang konsumsi masih tumbuh 4,44% (yoy), sedangkan dibandingkan dengan September 2019 masih naik tipis 2,02% (mtm). Untuk bahan baku dan penolong juga naik 6,17% (mtm), dan terkontraksi -18,76% (yoy). Sementara itu untuk barang modal terkontraksi dibandingkan dengan September -5,87% (mtm), dan terkontraksi -11,35% (yoy).

Secara kumulatif, Januari-Oktober 2019, impor terkontraksi -9,94% (yoy), dan volumenya masih juga mengalami penurunan -6,51% (yoy). Kondisi surplus ini mengindikasikan bahwa surplus terjadi karena tekanan impor lebih besar dari ekspor.

“Di sisi lain kondisi ini menandakan efektivitas dari sejumlah program pemerintah membatasi impor,” papar Andry.

Surplus neraca dagang Oktober US$161,3 juta, meningkat dari defisit pada neraca dagang September US$163,0 juta. Kondisi tersebut membuat secara kumulatif Januari-Oktober 2019, neraca dagang menyempit jadi US$1,79 miliar, masih lebih kecil dari periode yang sama tahun lalu US$5,57 miliar defisit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper