Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Indonesia Diproyeksikan Hanya Tumbuh 5 Persen

Dilihat dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, diikuti oleh sektor perdagangan dan reparasi, dan sektor konstruksi.
Kapal pemandu melintas di dekat terminal bongkar muat kontainer, di Pelabuhan Tanjung priok, Jakarta./JIBI-Endang Muchtar
Kapal pemandu melintas di dekat terminal bongkar muat kontainer, di Pelabuhan Tanjung priok, Jakarta./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya tumbuh di angka 5 persen pada tahun 2019.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02 persen year on year (yoy) atau 3,06 persen quarter on quarter (q to q) di triwulan ketiga 2019 (Q3/2019).

Realisasi ini lebih rendah daripada angka pertumbuhan di kuartal II/2019 sebesar 5,05 persen year on year atau 4,20 persen jika dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.

Eric Alexander Sugandi, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Republik Indonesia dalam keterangan resminya mengatakan dilihat dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, diikuti oleh sektor perdagangan dan reparasi, dan sektor konstruksi.

"Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto [komponen dari investasi]," ucapnya, Senin (11/11/2019).

Eric menjelaskan bahwa Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2019 akan berada di angka 5,0 persen, lebih rendah daripada target pemerintah di 5,3 persen.

Perlambatan ekonomi global, tertekannya konsumsi rumah tangga akibat pelemahan daya beli, dan masih lambatnya pertumbuhan investasi merupakan penyebab tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun ini.

IKS memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di angka 5,0 persen di tahun 2020, di tengah-tengah resiko masih berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok dan pelemahan daya beli masyarakat akibat tekanan inflasi dari komponen administered prices (di antaranya dari tarif dasar listrik dan iuran BPJS yang direncanakan naik tahun depan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper