Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Sektor Pertanian Melambat, Ini Tanggapan Menteri Syahrul

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III/2019 dengan kontribusi pada pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 13,02%.
Politisi Partai Nasdem sekaligus Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/ Antara-Puspa Perwitasari
Politisi Partai Nasdem sekaligus Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/ Antara-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III/2019 dengan kontribusi pada pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 13,02%.

Meski kontribusi sektor ini menempati peringkat kedua terbesar, pertumbuhannya cenderung lesu, yakni 3,08% (year on year/yoy) dibandingkan pertumbuhan kuartal III/2018 yang mencapai 3,66%.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam konferensi pers pada Selasa (5/11/2019) mencatat sejumlah fenomena yang turut memicu kondisi tersebut. Performa tanaman pangan tercatat bergerak turun -4,81% sebagai dampak lesunya produksi selama musim kemarau. 

Sementara itu, subsektor peternakan tumbuh 7,72% dipacu oleh permintaan dalam negeri yang tumbuh dan subsektor perikanan tumbuh 5,85% didorong oleh curah hujan yang rendah dan angin yang tidak kencang mendorong peningkatan hasil tangkapan.

Menanggapi kondisi ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku masih memetakan permasalahan yang dihadapi sektor ini. Dia pun menegaskan bahwa pembenahan pertanian perlu kerja sama berbagai pihak, tak hanya kementeriannya saja.

"Saya masih petakan dulu apa masalahnya. Nanti aku coba manage. Kalau kontribusinya masih besar, bagus. Pertanian tidak boleh sendiri. Perlu dukungan berbagai pihak sampai tingkat daerah," ujarnya, Selasa (5/11/2019).

Dia pun menanggapi penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang tercatat turun 1,12% atau sekitar 1,46 juta orang dibanding kuartal III/2018. Menurutnya, kondisi ini bisa dicegah jika margin biaya produksi dan harga jual komoditas bisa ditekan sehingga menguntungkan petani.

"Kalau pertanian itu produksinya bisa ditingkatkan. Biaya produksi kalau tidak menguntungkan petani memang akan ditinggalkan. Ke depan nanti kita coba lagi [efisiensi produksi]," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper