Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inaplas Prediksi Produksi Industri Kimia Stagnan, Ini Faktor Pendukungnya

Wakil Ketua Umum Inaplas Suhat Miyarso mengatakan pihaknya masih berharap kinerja produksi bahan kimia dan barang dari bahan kimia masih bisa bertumbuh sepanjang tahun ini.

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja produksi sektor bahan kimia dan barang dari kimia diperkirakan bakal stagnan hingga akhir 2019, setelah turun 0,04 persen pada kuartal III/2019.

Kinerja ekonomi nasional yang belum sesuai ekspektasi dan masih belum terealisasi investasi baru yang signifikan dinilai menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Suhat Miyarso mengatakan pihaknya masih berharap kinerja produksi bahan kimia dan barang dari bahan kimia masih bisa bertumbuh sepanjang tahun ini. Namun, jelasnya, target itu sulit terealisasi dengan sisa dua bulan yang tersisa.

"[Pertumbuhan produksi] tahun ini diperkirakan stagnan. Tidak akan terkejar [pertumbuhan signifikan], sehingga tidak akan lebih baik dari tahun kemarin," ujarnya, Selasa (5/11/2019).

Badan Pusat Statistik mencatat produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia untuk segmen besar dan sedang pada kuartal III/2019 turun hingga 0,04 persen (year-on-year/yoy) dan 5,99 persen (quartal-to-quartal/qtq).

 Untuk segmen mikro dan kecil, sektor manufaktur itu pada periode yang sama tumbuh 5,11 persen (yoy) dan 7,38 persen (qtq).

 Suhat yang juga menjabat sebagai Vice President Corporate Affairs PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk., menilai kinerja produksi industri besar dan sedang itu cukup dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional. "Memang [faktor penyebab] pertama, ekonomi lesu," kata Suhat.

 Selain itu, dia mengatakan pada tahun ini TPIA melakukan pemeliharaan rutin. Overhaul, jelasnya, dilakukan 5 tahun sekali dengan memakan waktu sekitar 60 - 70 hari.

Alhasil, produksi emiten di sektor kimia hulu dengan kode saham TPIA itu terbilang stagnan. Padahal, produksi TPIA berkontribusi paling signifikan bagi produk hulu kimia.

"Kebetulan Chandra Asri, yang produknya paling besar, pada tahun ini melakukan maintenance, sehingga pada saat itu [produksi] stagnan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hendra Wibawa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper