Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Penyelamatan Industri Tekstil Harus Komprehensif

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan bahwa alasan perlunya kebijakan komprehensif itu karena mesin-mesin industri tekstil nasional sudah tua, sehingga harus ada insentif fiskal terkait impor mesin-mesin tekstil baru dengan teknologi terkini serta ramah lingkungan.
Repro/duniatex.com
Repro/duniatex.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan penyelamatan industri tekstil dan produk tekstil nasional harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Tenaga Kerja.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan bahwa alasan perlunya kebijakan komprehensif itu karena mesin-mesin industri tekstil nasional sudah tua, sehingga harus ada insentif fiskal terkait impor mesin-mesin tekstil baru dengan teknologi terkini serta ramah lingkungan.

Selain itu sumber daya manusia dalam industri tekstil yang kurang membutuhkan solusi engan memperbanyak pendidikan dan sekolah vokasi industri tekstil, di mana Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian bersama-sama perlu menyusun program vokasi tersebut.

Kementerian Perdagangan juga perlu mengerem keran impor tekstil dan produk tekstil yang sudah bisa diproduksi oleh industri tekstil dalam negeri, serta memberikan insentif fiskal misalnya untuk ekspor produk tekstil nasional.

“Kalau industri tekstil kita belum bisa melakukan ekspor, maka pemerintah perlu mengembalikan kondisi industri tekstil nasional ke tahun 1980-an dengan memberikan insentif fiskal bagi industri tekstil berorientasi substitusi impor,” kata Esther, Minggu (3/11/2019) seperti dikutip Antara.

Terkait dengan ongkos logistik antar wilayah Indonesia yang mahal perlu ditekan melalui peranan Kementerian Perhubungan.

Menurutnya, industri-industri tekstil dan produk tekstil nasional menghadapi kondisi berbisnis yang sangat sulit. Selain itu harga-harga dari produk tekstil nasional tidak kompetitif dibandingkan produk impor.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Indef, kinerja industri tekstil dan produk tekstil nasional rata-rata pertumbuhan selama 10 tahun terakhir mencatat kenaikan ekspor 3 persen, namun di sisi lain impor juga mengalami kenaikan 10,4 persen. Di sisi lain neraca perdagangannya terus tergerus dari US$6,08 miliar menjadi US$3,2 miliar.

Menurutnya, beberapa alasan mengapa industri tekstil dan produk tekstil nasional mengalami kemunduran signifikan karena serbuan impor produk tekstil ke Indonesia, harga produk tekstil Indonesia tidak kompetitif dibandingkan produk impor, pertumbuhan impor kain yang tidak diimbangi ekspor garment telah merusak industri kain, benang dan serat, serta pertumbuhan konsumsi domestik diambil impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper