Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antara KNKT, Keluarga Korban, dan Boeing

Beberapa keluarga korban tak kuasa menahan tangis karena kembali mengingat kejadian naas yang menimpa pesawat Boeing 737-8 MAX Lion Air nomor penerbangan JT 610 pada Oktober 2018.
Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 menangis saat berlangsungnya sesi konferensi pers di Jakarta, Senin (5/11/2018)./Antara
Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 menangis saat berlangsungnya sesi konferensi pers di Jakarta, Senin (5/11/2018)./Antara

Isak tangis keluarga korban kecelakaan pesawat Boeing 737-8 MAX dengan nomor penerbangan JT 610 membuncah sesaat setelah para keluarga korban keluar dari agenda pertemuan yang digelar Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Rabu (23/10).

Saat itu, tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memaparkan hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di salah satu gedung Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat.

Beberapa keluarga korban tak kuasa menahan tangis karena kembali mengingat kejadian naas pada Oktober 2018.

Anton Sahadi, salah satu keluarga korban dari Muhammad Rafi Ardian (24) dan Rian Ariandi (24) merasa tak puas atas hasil investigasi KNKT yang belum sesuai harapan. Anton menjelaskan bahwa hasil investigasi tersebut kurang melegakan keluarganya yang sudah menunggu jawaban investigasi selama setahun.

Anton menyatakan, sebagian keluarga korban tidak puas dengan paparan yang digelar tertutup bagi kalangan media.

Hampir semua keluarga korban berharap ada kesimpulan yang lebih kongkret dari hasil investigasi itu. Anton juga tidak setuju dengan penjelasan KNKT tentang dasar hukum investigasi mengacu Peraturan Pemerintah No. 62/2013 yang menetapkan ruang lingkup kerja kecelakaan KNKT tidak bertujuan mencari kesalahan, memberikan sanksi dan mencari pihak yang bertanggung jawab untuk menanggung kerugian.

Menurutnya, KNKT seakan-akan mengelak pertanyaan soal siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan Lion AIr JT 610. “Padahal, informasi yang sebenarnya sangat kami butuhkan,” tuturnya kepada Bisnis.

Bagai mencincang air, keluarga korban menganggap pertemuan antara KNKT dan keluarga korban dianggap menjadi pertemuan yang sia-sia.

Penantian yang cukup lama dirasa tak terbalas dengan hasil yang jauh dari harapan dan tidak dapat ditagih kembali dengan berbagai pertanyaan yang tertimbun dalam benak tiap keluarga korban.

“Yang kami harapkan itu seharusnya ada penjelasan siapa yang salah. operatornya atau siapa? tetapi ini tidak ada penjelasannya,” lanjutnya.

Meskipun KNKT tidak dapat memvonis siapa yang salah dalam kejadian itu, Anton berharap lembaga itu dapat memberikan informasi dugaan penyebab kejadian kecelakaan tersebut.

“Sampai saat ini mereka tetap menitikberatkan kepada kesalahan pilot. Karena penerbangan dari Denpasar ke Jakarta tidak ada laporannya. Seharusnya kalau ada laporan dari Denpasar ke Jakarta, maka penerbangan dari Jakarta ke Pangkal Pinang tidak akan terjadi,” kata Anton.

Selang 2 hari berikutnya, KNKT menggelar lagi acara konferensi pers yang terbuka bagi seluruh media. Topiknya masih sama yaitu Laporan Akhir Kecelakaan JT 610 yang dipusatkan di aula KNKT Jalan Medan Merdeka Timur Jakarta Pusat.

Di aula itu hadir tujuh orang pimpinan KNKT yang duduk sembari menjelaskan hasil investigasi kepada awak media.

Awalnya, Ketua KNKT Soerjanto Tjahyono menjelaskan secara kronologis kecelakaan Lion Air JT 610 hingga akhirnya pesawat Boeing 737-8 MAX pada 29 Oktober 2018, pukul 06.32 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta menuju Bandara Depati Amir Pangkal Pinang hilang dari layar radar pengatur lalu lintas udara.

Hilangnya pesawat Lion Air itu terjadi setelah pilot melaporkan adanya beberapa gangguan pada kendali pesawat mulai dari indikator ketinggian hingga indikator kecepatan. Setelah beberapa saat, dikabarkan pesawat mengalami kecelakaan di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Seluruh penumpang serta awak pesawat tewas.

Soerjanto lantas menjelaskan ada laporan kerusakan indikator kecepatan dan ketinggian di pesawat PK-LQP sebelum kecelakaan itu. Kerusakan itu terjadi pertama kali pada 26 Oktober 2018 dalam penerbangan dari Tianjin, China ke Manado.

Setelah beberapa kali perbaikan pada kerusakan yang berulang, pada 28 Oktober 2018 Angle of Attack (AOA) sensor kiri diganti di Denpasar Bali pada penerbangan Denpasar-Jakarta.

Nyatanya, AOA sensor kiri yang dipasang mengalami deviasi sebesar 21 derajat yang tidak terdeteksi pada saat diuji setelah dipasang. Deviasi ini mengakibatkan perbedaan penunjukan ketinggian dan kecepatan antara instrumen kiri dan kanan di kokpit.

Hal ini juga mengaktifkan stick shaker dan Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) pada penerbangan dari Denpasar ke Jakarta. Pilot berhasil menghentikan aktifnya MCAS dengan memindahkan STAB TRIM switch ke posisi CUT OUT.

Setelah mendarat di Jakarta, lanjutnya, pilot melaporkan kerusakan yang terjadi tetapi tidak melaporkan stick shaker dan pemindahan STAB TRIM ke posisi CUT OUT. Lampu peringatan AOA Disagree tidak tersedia sehingga pilot tidak melaporkannya. Masalah yang dilaporkan ini hanya dapat diperbaiki menggunakan prosedur perbaikan AOA Disagree.

Saat pesawat dioperasikan dari Jakarta ke Pangkal Pinang pada 29 Oktober 2018, Flight Data Recorder (FDR) yang berisi data rekaman penerbangan merekam kerusakan yang sama pada penerbangan tujuan Pangkal Pinang. Pilot melaksanakan prosedur nonnormal untuk IAS Disagree, tetapi tidak mengenali kondisi runway stabilizer. Beberapa peringatan, berulangnya aktivasi MCAS dan padatnya komunikasi dengan menara kontrol berkontribusi pada kesulitan pilot untuk mengendalikan pesawat.

MCAS adalah fitur baru di pesawat Boeing 737-8 MAX untuk memperbaiki karakteristik angguk atau pergerakan pada bidang vertikal pesawat pada kondisi flap up, manual flight dan AOA tinggi. Proses investigasi menemukan bahwa desain dan sertifikasi fitur itu tidak memadai, juga pelatihan dan buku panduan untuk pilot tidak memuat informasi terkait MCAS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Putri Salsabila
Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper