Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Lahan Kawasan Industri Singapura Stagnasi Meski Banyak Permintaan

Saat ini, Singapura memiliki pasok sebanyak 117,30 juta kaki persegi.
Pemandangan apartemen di Singapura./REUTERS-Kevin Lam
Pemandangan apartemen di Singapura./REUTERS-Kevin Lam

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah beragam konflik terkait dengan makroekonomi dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, kawasan industri Singapura mendapat keuntungan berupa tambahan permintaan dari sejumlah relokasi dan perluasan usaha dari perusahaan asal China.

Akan tetapi, permintaan itu masih berupa penawaran-penawaran sehingga belum banyak memberi dampak pada serapan kawasan industri Singapura.

Berdasarkan laporan JLL Asia Pasifik, pada kuartal III/2019, terjadi penawaran yang hampir pasti dari Mapletree Business City senilai S$1,55 miliar atau sekitar Rp16 triliun. Kemudian, dari Keppel DC Singapore senilai S$384,90 juta atau Rp3,90 triliun, dan dari 1-Net North Data Center senilai S$200 juta atau sekitar Rp2 triliun.

Lantaran kondisi ketidakpastian makroekonomi yang terjadi saat ini, para penyewa menghindari pasar sewa, ditambah dengan harga sewa yang diberikan pemilik lahan kawasan industri yang tetap kompetitif.

“Dengan demikian, tidak ada tambahan serapan sewa kawasan industri pada kuartal III/2019, terutama untuk sektor logistik dan pergudangan,” ungkap Doreen Goh, Director and Industrial Research JLL Asia Pacific melalui laporan resmi, Rabu (16/10/2019).

Saat ini, Singapura memiliki pasok sebanyak 117,30 juta kaki persegi, sedangkan harga sewa atau gross effective rent kawasan industri di Singapura berada di kisaran S$1,36 atau sekitar Rp14.000-an per kaki persegi per bulan di lahan-lahan yang disewakan (net leasable area/NLA).

Sementara itu, untuk nilai awalnya atau capital value berada di S$179 atau sekitar Rp1,85 juta per kaki persegi di NLA. Harga tersebut tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

“Jika melihat prospek makroekonomi yang terjadi di seluruh dunia saat ini, kemungkinan pada kuartal IV/2019 juga tidak akan terjadi banyak perubahan pada segi harga dan serapan,” lanjut Goh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper