Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Evaluasi Infrastruktur Pekerjaan Umum, Gemilang dengan Sejumlah Catatan

Pembangunan infrastruktur jalan dalam 5 tahun terakhir masih belum sepenuhnya terhubung ke simpul-simpul perekonomian seperti kawasan industri, bandara, pelabuhan, dan destinasi pariwisata.
Ruas jalan tol KayuagungPalembang yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Istimewa
Ruas jalan tol KayuagungPalembang yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah kalangan menilai pembangunan infrastruktur di sektor pekerjaan umum dalam 5 tahun terakhir cukup memuaskan.

Kendati demikian, pembangunan infrastruktur yang masif belum sepenuhnya menuntaskan persoalan. Sejumlah pekerjaan rumah perlu dituntaskan. Dalam periode 2015—2019, pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan konektivitas amat pesat. Pembangunan jalan baru dan jalan bebas hambatan baru melampaui target rencana strategis (renstra).

Sementara itu, infrastruktur utilitas seperti air minum dan sanitasi masih tersendat. Pembangunan infrastruktur yang pesat juga telah menorehkan tonggak baru yang belum pernah ada sebelumnya. Tak ayal, sejumlah rekor tercipta, mulai dari jalan tol terpanjang, yaitu jalan tol Bakauheni—Terbanggi Besar (149 kilometer) hingga sindikasi kredit terbesar untuk satu proyek, yakni tol layang Jakarta—Cikampek (Rp11,36 triliun).

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, pembangunan jalan bebas hambatan diperkirakan bakal tercapai 1.060 kilometer, sedikit di atas target sepanjang 1.000 kilomer. Walaupun begitu, dalam 5 tahun terakhir proyek rasio kemantapan jalan nasional sebesar 98 persen luput dari sasaran karena kekurangan anggaran.

Sejauh ini, pembangunan jalan yang masif telah menuai hasil yang tak mengecewakan. Laporan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) menunjukkan bahwa aspek infrastruktur mengalami perbaikan. Peringkat kualitas jalan di Indonesia pada 2014 masih bertengger di posisi 72 dan naik ke peringkat 60 pada 2019.

Salah satu pencapaian penting dalam pembangunan infrastruktur adalah interkoneksi jalan tol di koridor Trans-Jawa. Kendati belum terhubung hingga Banyuwangi, saat ini jalan tol Trans-Jawa telah membentang dari Merak hingga Probolinggo sejauh 954 kilometer.

Bukti keandalan jalan tol bisa dilihat pada musim mudik Lebaran 2018 yang mana waktu tempuh Jakarta ke kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur terpangkas hingga separuhnya.

Dalam beberapa kesempatan, Menteri Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa jalan tol Trans Jawa telah mengubah perilaku masyarakat, melahirkan peluang-peluang baru, dan membuka isolasi wilayah yang belum terjamah.

"[Jalan] Tol membuat perilaku masyarakat mulai berubah. Orang Surabaya sekarang buat makan siang saja bisa ke Solo," jelas Basuki.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur jalan memang sangat dibutuhkan-terutama di daerah terpencil guna menunjang arus logistik lebih cepat ke berbagai daerah. Namun, dia menilai pembangunan infrastruktur jalan dalam 5 tahun terakhir masih belum sepenuhnya terhubung ke simpul-simpul perekonomian seperti kawasan industri, bandara, pelabuhan, dan destinasi pariwisata.

"Akses jalan ke bandara dan pelabuhan di kota-kota besar belum memadai sehingga perlu akses yang lebih banyak lagi," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/10). Secara umum, dia menilai bahwa kehadiran jalan baru, baik jalan tol dan jalan bukan tol belum memicu penurunan biaya logistik. Bahkan, angkutan logistik mendapat tambahan beban bila melalui jalan bebas hambatan karena perlu membayar tol.

Sementara itu, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga mengakui bahwa target pemenuhan akses air minum dan sanitasi tidak tercapai.

Arkian, Kementerian PUPR menargetkan pemenuhan akses air minum dan sanitas 100 persen bakal tercapai pada 2030 atau sama dengan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG). "Betul [belum tercapai] kalau kita berbicara target SDG sampai 100 persen nanti untuk sampai tahun 2030, memang kita wajib bekerja keras untuk menambah akses air dan sanitasi itu," ujarnya kepada Bisnis, Senin (14/10/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rivki Maulana
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper