Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Otomotif Lesu, Pertumbuhan Industri Komponen Tersendat

Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor Indonesia (GIAMM) menyatakan realisasi produksi tahun ini sulit melampaui pencapaian tahun lalu.
ilustrasi./Bisnis.com
ilustrasi./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor Indonesia (GIAMM) menyatakan realisasi produksi tahun ini sulit melampaui pencapaian tahun lalu. Asosiasi menilai produksi pada kuartal III/2019 mengalami kontraksi sejalan dengan laporan Purchasing Manager’s Index (PMI).

Sekretaris Jenderal GiAMM Hadi Surjadipradja mengatakan produksi komponen otomotif di dalam negeri mengikuti kegiatan produksi pada industri perakitan otomotif. Adapun, penyerapan komponen otomotif untuk pasar purna-jual saat ini masih belum bergairah.

“Sama [dengan PMI], artinya tidak naik-naik pertumbuhannya. Sekarang saja pasar otomotif bagaimana? Ya, jadinya sparepart-nya buat apa?” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2019).

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) produksi kendaraan penumpang naik 4,77% menjadi 99.440 unit dari 94.907 unit pada periode yang sama tahun lalu. Adapun, produksi kendaraan komersial turun 15,44% menjadi 20.257 unit.

Sementara itu, produksi kendaraan penumpang pada Januari—Agustus 2019 turun 2,28% atau minus 15.885 unit dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebanyak 693.769 unit menjadi 677.914 unit. Di samping itu, produksi kendaraan komersial anjlok 18,79% menjadi 153.794 unit.

Hadi mengatakan penurunan pada kuartal III/2019 disebabkan oleh lemahnya daya beli konsumen lokal. Pasalnya, produk domestik bruto (PDB) per kapita masih belum menembus level US$4.000. “Itu berpengaruh. Kalau mobilnya tidak laku, kami juga tidak laku.”

Hadi menyatakan industri komponen nasional masih berorientasi untuk memenuhi kebutuhan komponen industri perakitan otomotif atau original equipment manufacturer (OEM). Pasalnya, karakteristik konsumen komponen lokal lebih banyak menunda pembelian sampai saat kritis.

“Sistem rem itu mahal, tapi yang sering diganti cuma kampas, yang lain bertahap,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper