Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI dan BEI Gelar FGD Bahas Surat Berharga Komersial

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyatakan FGD ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi BI memperdalam pasar keuangan. Dia berharap dengan pendalaman pasar keuangan maka stabilitas Indonesia bisa terjaga.
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pejalan kaki berjalan di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia menggelar Focus Group Discussion membahas Surat Berharga Komersial (SBK) untuk Sumber Pendanaan Pembangunan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menyatakan FGD ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi BI memperdalam pasar keuangan. Dia berharap dengan pendalaman pasar keuangan maka stabilitas Indonesia bisa terjaga.

“Pendekatan kami dari BI ingin dekat dengan pasar, saya menekankan sinergi dengan market dam regulator yang aplicable terhadap tujuan kita,” ujar Destry di Bursa Efek Indonesia, Rabu (25/9/2019).

Sejumlah tantangan menurut Destry membuat SBK masih sulit dilakukan. Salah satunya adalah trauma pada masa penerbitan commercial paper (CP).

Destry menjelaskan untuk pendalaman pasar keuangan, Indonesia kekurangan referensi instrumen jangka pendek. Utamanya untuk instrumen yang kurang dari 1 tahun. “Kami mau isi kekosongan di likuiditas pasar itu,” ujar Destry.

Destry menyatakan ada 4 tantangan SBK. Pertama, maturity missmatch atau pendanaan SBK yang berjangka pendek, malah untuk investasi jangka panjang.

Kedua, currency missmatch, SBK dalam valas (USD) untuk pendanaan dalam rupiah. Ketiga, dalam bentuk warkat yakni adanya risiko pemalsuan.

Keempat, informasi penerbitan tidak memadai. Padahal melalui SBK, target stabilitas nilai tukar terjaga dan memberi imbas juga pada perbaikan ekonomi ke depan. Hal ini mengingat kondisi global yang tidak pasti masih cukup tinggi.

Trade war dampaknya meluas, kemudian geopolitik juga,” paparnya.

Untuk mengantisipasi sejumlah kondisi ketidakpastian global, BI juga sudah melakukan pemangkasan suku bunga acuan tiga kali, serta pelonggaran kebijakan makroprudensial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper