Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kunci Hadapi Resesi Global, Neraca Perusahaan Domestik Harus Stabil

Ekonom Unika Atmajaya Jakarta Agustinus Prasetyantoko menyatakan, Bank Dunia sudah memberikan arahan bahwa ekonomi Indonesia jangka pendek tak akan banyak terpengaruh resesi global. Sebaliknya, untuk jangka panjang ada potensi pertumbuhan terkoreksi menjadi lebih kecil dari target.
Ilustrasi/Bisnis-Saeno M Abdi
Ilustrasi/Bisnis-Saeno M Abdi

Bisnis.com, JAKARTA -- Prediksi resesi global seharusnya membuat pemerintah lebih memberikan perhatian pada sektor mikro ekonomi, yakni neraca perusahaan agar tetap terjaga dalam struktur yang sehat.

Ekonom Unika Atmajaya Jakarta Agustinus Prasetyantoko menyatakan, Bank Dunia sudah memberikan arahan bahwa ekonomi Indonesia jangka pendek tak akan banyak terpengaruh resesi global. Sebaliknya, untuk jangka panjang ada potensi pertumbuhan terkoreksi menjadi lebih kecil dari target.

"Jangka panjang pertumbuhan ekonomi kita terkoreksi, dan kita tak tahu fundamental mikro di neraca perusahaan baik atau tidak karena terkadang ada banyak untuk menutupi," ujar Prasetyantoko di Djakarta Theater, Kamis (12/9/2019).

Biasanya ketika terjadi gejolak balancing sheet kerap terlambat untuk diatasi. Maka dia mengimbau pemerintah untuk ikut memitigasi ancaman resesi di sektor swasta.

Sementara itu, Prospera Lead Adviser Andry Asmoro menyatakan resesi global memang telah mengoreksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di Asia Tenggara, sebut saja salah satunya adalah Singapura.

Indonesia saat ini masih mengandalkan 57% geliat ekonomi dari konsumsi domestik. Adapun investasi domestik juga masih 30%, sedangkan rasio investasi pemerintahan baru 10%. Secara keseluruhan, sekitar 80% dari kerja ekonomi Indonesia terselamatkan oleh kegiatan ekonomi dalam negeri.

"Artinya impact resesi tidak akan sebesar di Singapura. Kalau negara yang exposure-nya lebih besar pasti dia swing-nya lebih besar juga," ungkap Andry.

Dia hanya menyebutkan, jika Indonesia mengalami perlambatan ekonomi, Indonesia akan lebih sulit untuk bangkit karena ekspor manufaktur yang belum kuat. Menurut Andry, ketergantungan pada komoditas tak membuat pondasi ekonomi Indonesia cukup kuat.

Meski demikian, di tengah eskalasi perang dagang, Andy berharap Indonesia bisa mencontoh strategi Thailand yang meraup untung demi ketahanan ekonomi melalui kerja sama manufaktur dengan China.

Andry menilai perang dagang dan ancaman resesi jadi peluang Indonesia membuka kerja sama dengan negara-negara baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper