Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangun PLTA dan PLTM, PLN Ajukan Pendanaan ke KfW Bank Sejak 2017

PT PLN (Persero) mengaku telah melakukan pengajuan pendanaan dengan KfW Bank sejak 2017 untuk mendanai lima proyek pembangkit listrik tenaga air dan minihidro dengan total kapasitas 160,4 MW.
Petugas melakukan pemeriksaan fasilitas Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Soedirman PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Mrica di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (25/7)./JIBI-Dwi Prasetya
Petugas melakukan pemeriksaan fasilitas Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Panglima Besar Soedirman PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Mrica di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (25/7)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) mengaku telah melakukan pengajuan pendanaan dengan KfW Bank sejak 2017 untuk mendanai lima proyek pembangkit listrik tenaga air dan minihidro dengan total kapasitas 160,4 MW.

Bank asal Jerman ini bahkan juga memberikan hibah pendanaan untuk melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS) atau studi kelayakan keempat proyek tersebut.

Manager Sub Bidang Hidro PLN Dony Cahya mengatakan pemberi pinjaman mengharuskan proyek-proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT) tersebut untuk memperbarui FS untuk memenuhi persyaratan. Setelah melakukan pembaruan, KfW Bank bersama PLN melakukan loan agreement dengan sifat pinjaman berupa sector loan.

Adapun besaran pinjaman yang disalurkan senilai 294,7 juta euro atau setara Rp4,6 triliun (kurs Rp15.638). Dengan perhitungan nilai investasi sebesar US$3 juta per MW, maka total investasi kelima proyek pembangkit tersebut dapat mencapai US$481,2 juta.

Menurutnya, karena pinjaman yang besar, penjaminan perlu dilakukan dan pemerintah berkomitmen untuk hal tersebut. Selain itu, dengan sector loan, waktu pengerjaan proyek-proyek tersebut bisa lebih cepat karena pinjaman yang diberikan langsung mendanai sejumlah proyek.

"Lebih bagus [sector loan], beberapa proyek bisa dibangun dengan menggunakan satu loan. Coba bayangkan satu loan untuk satu lokasi, berapa lama kita proses," katanya kepada Bisnis, Selasa (10/9/2019).

Dony memastikan meskipun loan agreement atas lima proyek tersebut telah didapatkan PLN, konstruksi belum bisa dilakukan langsung karena harus melalui sejumlah langkah. Salah satunya adalah melakukan detail engineering design (DED) sebagai persyaratan dari lender karena studi kelayakan yang ada belum cukup memenuhi untuk melakukan konstruksi.

DED juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar, yakni sekitar 1,5 tahun. PLN juga perlu melakukan proses pengadaan kontraktor yang paling cepat dilakukan dalam waktu 1 tahun.

"Kita estimasi konstruksi 3 sampai 4 tahun, 2024 hingga 2025 harapannya kita bisa COD," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper