Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Remitansi dan Manufaktur Jadi Kunci Jaga Laju Ekonomi Indonesia

Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target, keran pendapatan sekunder melalui remitansi dan industri non migas yakni manufaktur harus diperkuat.
Proyeksi ekonomi Indonesia 2019./Bisnis-Radityo eko
Proyeksi ekonomi Indonesia 2019./Bisnis-Radityo eko

Bisnis.com, JAKARTA -- Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target, keran pendapatan sekunder melalui remitansi dan industri non migas yakni manufaktur harus diperkuat.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andri Asmoro menyatakan, Neraca Pembayaran Indonesia mengalami surplus lebih ditopang oleh pendapatan sekunder.

Seharusnya kata Andri, selain dari pendapatan sekunder yakni remitansi pekerja migran, Indonesia harus memperkuat sektor nonmigas.

"Misalnya di sektor primary ada tourism, dan remintansi di mana kalau nanti banyak tenaga kerja bisa dikirim, kenaikan remitanai akan seiring dengan kenaikan skill," ungkap Andri di Plaza Mandiri, Senin (9/9/2019).

Asal tahu saja, neraca pendapatan sekunder pada kuartal II/2019 menyumbang US$2,1 miliar untuk surplus keseluruhan neraca pembayaran kuartal yang sama.

Dilansir dari Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II/2019, yang dikutip Senin (9/9/2019), pencatatan surplus ini meningkat dari kuartal sebelumnya, maupun pada kuartal II/2018.

Perkembangan tersebut utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya penerimaan transfer personal dalam bentuk remitansi yang diperoleh Pekerja Migran Indonesia (PMI). Adapun PMI yang berkontribusi besar adalah yang bekerja di luar negeri dan juga melalui transfer lainnya.

Penerimaan remitansi dari PMI dan transfer lainnya meningkat sebesar 6,8% (qtq) atau 2,3% (yoy).

Ke depan, Andri juga mengingatkan tantangan Indonesia menjaga stabilitas ekonomi di tengah kompetisi pasar keuangan. Menurut Andri, porsi investasi portofolio Indonesia yang besar memang perlu diseimbangkan dengan investasi.

"Jadi bukan tak butuh investasi portofolio untuk jangka pendek, tapi finance ke depan itu pertarungannya adalah memperebutkan direct investment, dimana itu untuk stabilisasi jangka menengah dan panjang," ungkap Andri.

Hal ini penting dilakukan khususnya membidik investasi berorientasi ekspor dan substitusi impor.

Sepanjang 2019, Andri menilai neraca perdagangan Indonesia masih cukup baik di tengah perang dagang. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi masih pada kisaran 5,06% sampai semester I/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper