Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Senada dengan Indonesia, China Hadapi Inflasi Bahan Pangan

Inflasi di China yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan tidak akan memberi dampak pada Indonesia.
Aktivitas pasar tradisional di Kunming, Yunnan, China./Reuters-Wong Campion
Aktivitas pasar tradisional di Kunming, Yunnan, China./Reuters-Wong Campion

Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi di China yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan tidak akan memberi dampak pada Indonesia.

Berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II/2019 dari Bank Indonesia, inflasi di China meningkat karena bahan pangan.

Adapun inflasi IHK China pada Juni 2019 tercatat sebesar 2,7% (yoy). Inflasi ini meningkat dibandingkan dengan inflasi pada akhir triwulan sebelumnya 2,3% (yoy).

Memasuki kuartal II/2019, inflasi di China juga masih menunjukkan peningkatan. Inflasi IHK China pada Juli 2019 tercatat 2,8% (yoy).

Peningkatan inflasi China terutama karena kenaikan harga pangan antara lain; daging babi, telur, dan buah segar. Sebaliknya, inflasi inti China dalam tren menurun seiring dengan perlambatan permintaan.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyatakan inflasi di Negeri Tirai Bambu itu tidak akan menyumbang banyak dampak pada kondisi ekonomi di Indonesia.

"Dampak ke Indonesia hanya untuk produk dari kita yang diekspor untuk mereka," ujar Piter kepada Bisnis, Selasa (3/9/2019).

Bisnis mencatat ekspor nonmigas negara tujuan utama bagi Indonesia adalah China, Amerika Serikat, Jepang, India, Filipina, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Vietnam, dan Thailand.

Sementara itu, inflasi di negara maju lainnya di Asia yakni Jepang terpantau masih di bawah target. Inflasi IHK Jepang pada akhir kuartal II/2019 tercatat sebesar 0,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar 0,5% (yoy), namun nasih jauh di bawah target.

Sampai dengan awal kuartal III/2019, inflasi Jepang masih rendah. Inflasi IHK Tokyo Juli 2019 tercatat sebesar 0,9% (yoy).

Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan masih rendah seiring dengan permasalahan struktuktural tenaga kerja yang masih terkendala aging population. Kendati demikian, kenaikan pajak konsumsi diprakirakan meningkatkan tekanan inflasi secara temporer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper