Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digitalisasi Hulu Migas Mampu Tingkatkan Efisiensi Produksi

Pengawasan dengan proses automasi dan digitalisasi dalam sektor hulu migas diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan menekan potensi penghentian produksi yang tidak terencana.
Dua pekerja memeriksa proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG secara co-processing di kilang PT Pertamina (persero) Refinery Unit (RU) III Sungai Gerong, Banyuasin, Sumatra Selatan, Jumat (21/12/2018)./ANTARA-Nova Wahyudi
Dua pekerja memeriksa proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG secara co-processing di kilang PT Pertamina (persero) Refinery Unit (RU) III Sungai Gerong, Banyuasin, Sumatra Selatan, Jumat (21/12/2018)./ANTARA-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Pengawasan dengan proses automasi dan digitalisasi dalam sektor hulu migas diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan menekan potensi penghentian produksi yang tidak terencana.

President Director Endress+Hauser Henry Chia mengatakan industri migas nasional telah mengarah pada pengawasan proyek dengan proses automasi dan digitalisasi. Menurutnya, yang menjadi tantangan adalah pemanfaatan data-data yang terkumpul dari digitalisasi agar dapat meningkatkan efisiensi proyek.

Dia mencontohkan dalam proses produksi siap jual (lifting), ada banyak aktivitas transaksi yang melibatkan aspek loading dan off-loading

“Desain tangki selalu ada kemungkinan over filled, ya tumpah. Ini harus kita cegah sehingga ketika banyak kegiatan, proses [digitalisasi] kita membantu di situ,” katanya dalam konferensi pers Indonesia Energy & Engineering 2019 Exhibitions, Selasa (3/9/2019).

Di sisi lain, saat aktivitas lifting sepi—terutama dalam kondisi harga ICP rendah—teknologi automasi dan digitalisasi membantu efisiensi dan penyimpanan. Menurutnya, dengan tingginya akurasi, penggunaan energi juga akan lebih rendah.

“Misalnya perusahaan yang produksi 100.000 bph [barel per hari] dan terjadi unplanned down satu jam saja bisa mengeluarkan biaya yang sangat besar mencapai US$250.000,” tuturnya.

Dia menambahkan penghentian produksi tidak terencana terjadi karena parameter sudah menunjukkan indikasi, tetapi operator belum dapat mendeteksinya. Di titik inilah, menurutnya, instrumen automasi memberikan solusi untuk mendeteksi dan mengetahui arah dan lokasinya.

“Kalau bisa bawa data itu ke tangan kita, gampang. Kalau kita tidak tahu dan kita mesti lari di seluruh kilang untuk memikirkan dimana kesalahan itu terjadi, kan susah,” ujarnya.

Saat ini, Endress+Hauser menjadi mitra kerja PT Pertamina (Persero), Chevron, dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lainnya. Selain itu, perusahaan jasa migas ini terus mencari mitra guna bersama-sama meningkatkan teknologi terbaru agar peningkatan efisiensi penggunaan energi dan sumber daya material didapatkan.

Salah satu ajang yang dimanfaatkannya adalah pameran dan eksibisi yang mempertemukan pelaku bisnis di bidang energi. Salah satunya, Energy and Engineering Indonesia Shows yang mengumpulkan lima pameran di sektor energi, seperti migas, pertambangan, konstruksi, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper