Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Ekonom Meleset, Ini Alasan BI Turunkan Suku Bunga

Bank Indonesia menyatakan bahwa kebijakan menurunkan suku bunga melalui hasil Rapat Dewan Gubernur pada Agustus 2019 lalu untuk menarik lebih banyak aliran dana masuk ke Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo berdialog dengan Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto saat melakukan kunjungan ke redaksi Bisnis Indonesia, Senin (2/9/2019)/Bisnis-Gloria Fransisca
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo berdialog dengan Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Hery Trianto saat melakukan kunjungan ke redaksi Bisnis Indonesia, Senin (2/9/2019)/Bisnis-Gloria Fransisca

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan bahwa kebijakan menurunkan suku bunga melalui hasil Rapat Dewan Gubernur pada Agustus 2019 lalu untuk menarik lebih banyak aliran dana masuk ke Indonesia.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengatakan bank sentral menemukan masih ada peluang dalam dinamika perang dagang dan ketidakpastian global. Salah satunya melihat risiko resesi ekonomi global yang akan berlanjut memerlukan kebijakan melonggar untuk menarik aliran dana.

Adapun pertimbangan dari segi ekonomi domestik, risiko resesi masih terjaga. Selain itu daya tarik Indonesia yang masih cukup kuat dan inflasi relatif terjaga.

Alhasil BI merasa percaya diri untuk memangkas suku bunga kedua kalinya. Apalagi, menurut Dody mayoritas negara emerging market juga sudah mengoreksi pertumbuhan ekonomi  mereka.

Indonesia justru masih lebih beruntung dengan pertumbuhan ekonomi sedikit di bawah titik target 5,2 persen. Tidak seperti negara emerging market lain yang pertumbuhan ekonominya terkoreksi lebih dalam.

Dody menambahkan, Indonesia di mata investor masih lebih menarik daripada negara lain karena financial account Indonesia masih ada aliran modal masuk yang signifikan. Utamanya dari fixed income, yakni surat utang dan equity.

"Kalau orang simpan di equity dia bisa lihat berapa earning korelasinya dengan pertumbuhan ekonomi. Lalu kalau SBN, return yield berapa. Dua hal itu sebenarnya melihat arah volatilitas rupiahnya," kata Dody di kantor redaksi Bisnis Indonesia, Senin (2/9/2019).

Diketahui, aliran modal masuk Indonesia sampai RDG pada akhir Agustus lalu sekitar Rp174 triliun. Secara rinci, Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp113 triliun, dan saham sebesar Rp60 triliun.

Komponen pertimbangan lain menurunkan suku bunga yaitu inflasi. Dimana kendala berasal dari komoditas cabai dan hortikultura.

Harga cabai juga sulit dikendalikan karena tidak banyak negara asing yang memproduksi cabai seperti di Indonesia. "Apapun upayanya, tinggal bagaimana mendistribusikan defisit cabai ke daerah yang demand-nya besar," ujarnya.

Dalam konteks TPID, Dody meyakini pemerintah sudah melakukan antisipasi musim kemarau panjang dan inflasi harga cabai.

Tujuannya agar kenaikan harga cabai tidak melampaui target inflasi tahun ini 3,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper