Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Industri Khawatir Kinerja Sektor Tekstil Bakal Anjlok

Pelaku usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) khawatir kinerja tahun ini bakal anjlok jika pemerintah tak segera mengeluarkan kebijakan untuk menjaga daya saing produk dalam negeri.
ilustrasi./Antara
ilustrasi./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) khawatir kinerja tahun ini bakal anjlok jika pemerintah tak segera mengeluarkan kebijakan untuk menjaga daya saing produk dalam negeri.

Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) menyatakan maraknya produk impor TPT membuat 1,5 juta bal benang dan 970 juta meter kain menumpuk di gudang-gudang industri. Adapun, nilai produk yang tertahan tersebut setara dengan Rp30 triliun atau stok produksi selama 2 bulan—3 bulan.

Ketua Umum IKATSI Suharno Rusdi mengatakan 2 bulan—3 bulan ke depan akan ada pabrikan yang tidak mampu membayar upah maupun pesangon tenaga kerja jika hal tersebut tidak diselesaikan. Menurutnya, hanya beberapa pabrikan dengan modal kuat yang dapat bertahan.

“Intinya kami meminta pemerintah mengubah kebijakan perdagangan agar lebih pro produk dalam negeri dan bisa menguasai pasar domestik, sambil kita tingkatkan daya saing agar bisa lebih bersaing untuk ekspor,” ujarnya belum lama ini.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (ASyFI) Redma Wirawasta mengatakan penghentian impor harus dilakukan mengingat produsen lokal sama sekali belum dapat mengeluarkan stok produksi. Menurutnya, jika penghentian impor dikabulkan selama 3 bulan, stok pabrikan lokal baru dapat keluar dari gudang-gudang industri.

“Tapi, kalau tidak disetop dalam 6 bulan ke depan akan banyak perusahaan yang gugur,” katanya kepada Bisnis.

Redma menambahkan maraknya produk impor dan perumahan karyawan industri TPT membuat utilitas industri benang dan kain tergerus. Dia mengatakan utilitas pabrikan benang saat ini turun menjadi 65% dari 75%-80% pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, utilitas pabrikan tenun terpuruk lebih jauh ke level 40% dari 55%.

Berdasarkan data API, performa nilai ekspor industri TPT terus meningkat sejak 2016 sekitar 5%-6%. Namun, net ekspor industri TPT terus menipis sejak 2015. Adapun, nilai net ekspor industri TPT pada tahun lalu terkoreksi 14,22% menjadi US$3,2 miliar.

Penipisan nilai net ekspor tersebut disebabkan oleh tren impor industri TPT yang terus meningkat setiap tahunnya. Adapun, nilai impor pada tahun lalu tumbuh 13,86% menjadi US$10,02 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper