Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Suku Bunga Dipangkas, Aliran Modal Asing Tetap Masuk

Bank Indonesia menyatakan pelonggaran kebijakan moneter bulan ini melalui penurunan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50% akan memperbaiki kinerja aliran modal asing.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan penjelasan pada jumpa pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (21/3/2019). Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. Bisnis/Nurul Hidayat
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan penjelasan pada jumpa pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (21/3/2019). Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia menyatakan pelonggaran kebijakan moneter bulan ini melalui penurunan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50% akan memperbaiki kinerja aliran modal asing.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan aliran modal asing akan berlangsung membaik. Saat ini inflow secara year to date (y-t-d) sudah mencapai Rp176,4 triliun.

"Memang tempo hari waktu meningkat ketegangan perdagangan jangka pendek ada yang outflow," jelas Perry, Kamis (22/8/2019).

Alhasil, Credit Sefault Swap (CDS) atau indikator mengetahui risiko investasi di Surat Berharga Negara (SBN) menempati skor 92,45 dari sebelumnya 90,8 dan 87,2.

"Tapi tak usah panik karena memang kondisi global sedang naik turun jadi wajar kalau short term CDS naik sedikit," terangnya.

Sementara itu, kondisi neraca pembayaran pada kuartal II/2019 tercatat surplus akibat kenaikan neraca transaksi modal dan finansial sebesar US$7,1 miliar. Kondisi ini juga diakibatkan prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif dan daya tarik investasi keuangan domestik yang tinggi.

Di lain pihak, defisit neraca transaksi berjalan meningkat dari US$7,0 miliar atau 2,6% dari PDB pada kuartal I/2019 menjadi US$8,4 miliar atau 3,0% dari PDB. Perry menyatakan kondisi ini dipicu perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak volume perdagangan dunia dan harga komoditas yang turun.

Berdasarkan perkembangan tersebut, NPI sampai dengan semester I/2019 tetap surplus sebesar US$0,4 miliar, meskipun pada kuartal II/2019 mengalami defisit US$2,0 miliar.

BI memproyeksikan ketahanan eksternal diprakirakan tetap baik ditopang berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial serta tetap terkendalinya defisit transaksi berjalan, 2019 sampai 2020 dalam kisaran 2,5%–3,0% PDB.

Selain itu, Perry menyebut posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2019 tercatat US$125,9 miliar setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7,0 bulan impor. Sementara itu, pembayaran utang luar negeri pemerintah berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Perry memastikan Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas.

"Tujuannya untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing," ungkap Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper