Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TPT China 'Dihajar' Tarif di AS, Eksportir Sepatu Indonesia Dapat Angin Segar

Produsen alas kaki Indonesia diyakini akan mendapatkan keuntungan yang besar dari kebijakan hambatan tarif Amerika Serikat terhadap tekstil dan produk tekstil (TPT) asal China.
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen alas kaki Indonesia diyakini akan mendapatkan keuntungan yang besar dari kebijakan hambatan tarif Amerika Serikat terhadap tekstil dan produk tekstil (TPT) asal China.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan, selama ini Amerika Serikat (AS) merupakan negara tujuan ekspor terbesar alas kaki dari Indonesia.

“Sepanjang tahun ini, ekspor alas kaki ke AS menjadi satu-satunya yang mencatatkan pertumbuhan dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya. Sebab Indonesia sudah menjadi langganan bagi importir alas kaki AS,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (14/8/2019).

Menurutnya, dengan adanya kebijakan kenaikan bea masuk impor oleh AS dari China, secara otomatis importir dari Paman Sam akan langsung mengalihkan permintaannya ke Tanah Air.

Namun demikian, dia tidak dapat memperkirakan berapa besar potensi peningkatan permintaan dari AS pada masa depan.

Seperti dikutip dari Reuters, AS bakal meningkatkan bea masuk produk konsumsi dari China, termasuk TPT dan alas kaki menjadi 10%. Kebijakan itu rencananya mulai diimplementasikan pada 1 September 2019.

Terkait dengan itu, Firman mengharapkan limpahan permintaan AS dari yang sebelumnya berasal dari China, akan membuat kinerja ekspor alas kaki Indonesia dapat tumbuh 4% pada tahun ini, atau menyamai capaian tahun lalu.

Pasalnya, sepanjang tahun ini, ekspor alas kaki RI anjlok 12,17% secara tahunan menjadi US$2,2 miliar. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor alas kaki, pelindung kaki dan sejenisnya Indonesia menuju AS pada semester I/2019 tumbuh menjadi US$733,75 juta atau naik 6,51% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ekonom Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, produk TPT dan alas kaki Indonesia harus meningkatkan kualitas dan tingkat efisiensi ongkos produksinya untuk memanfaatkan peluang limpahan permintaan dari AS tersebut.

Pasalnya, Indonesia harus bersaing dengan produsen dari Vietnam, Bangladesh dan bahkan Ethiopia yang biaya tenaga kerjanya lebih murah dibandingkan dengan Indonesia.

“Kondisi ini adalah peluang bagi kita, terlebih TPT dan alas kaki adalah industri pionir kita. Namun yang harus menjadi catatan adalah bagaimana kita bisa menjadikan industri ini jauh lebih efisien dan bersahabat bagi investor. Mahalnya tenaga kerja kita terbukti telah membuat banyak investasi sektor tersebut lari ke negara tetangga kita,” katanya.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri menyebutkan, pemerintah yakin Indonesia dapat merebut pasar TPT dan alas kaki di AS yang selama ini diisi oleh China. Terlebih, selama ini pemerintah intensif melakukan lobi-lobi dagang ke AS untuk meningkatkan porsi ekspor TPT dan alas kaki.

“Kita punya ruang yang besar untuk memanfaatkan pasar ekspor ke AS. TPT asal Indonesia selama ini baru menguasai 5% pasar AS. Kami yakin porsi itu akan membesar seiring kebijakan baru AS kepada China ini,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper