Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelas Menengah Terus Tumbuh, Pelaku Industri Maksimalkan Peluang

Para pelaku industri terus menyiapkan diri untuk memaksimalkan peluang yang muncul dari tumbuhnya kelas menengah dan atas di Indonesia.
Buruh memproduksi baju muslim di pabrik garmen Jaya Manunggal, Karangjati, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra
Buruh memproduksi baju muslim di pabrik garmen Jaya Manunggal, Karangjati, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA — Para pelaku industri terus menyiapkan diri untuk memaksimalkan peluang yang muncul dari tumbuhnya kelas menengah dan atas di Indonesia.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan industri garmen lokal telah siap mengantisipasi lonjakan permintaan dari segmen tersebut. Pasalnya, industri garmen nasional telah memasok lebih dari 250 merek pakaian, sedangkan 80% dari merek tersebut merupakan merek internasional.

Sekretaris Jenderal API Ernovian G. Ismy mengatakan perlu ada perlindungan pada industri pendukung garmen seperti industri benang dan kain. Menurutnya, pemerintah perlu memberikan dukungan kepada industri kain agar ketersediaan bahan baku industri garmen terpenuhi.

“Ini kan ada waktu sampai 2023. Mulai sekarang ada waktu pemerintah peremajaan mesin dying-to-finishing,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (8/8/2019).

Menurutnya, perlindungan industri kain dapat membuat produk garmen lokal lebih kompetitif lagi, baik untuk pasar domestik dan global. Selain itu, pelaku industri garmen yang berorientasi domestik juga harus melihat peluang tersebut. “Yang saya takutkan, yang lokal-lokal ini cuek-cuek saja.”

Dia berharap otoritas keuangan memberikan arahan kepada sektor perbankan agar mendukung industri kecil dan menengah (IKM) tekstil untuk meningkatkan kapasitas produksi lokal.

Menurutnya, otoritas dapat membuat program yang membantu para IKM tekstil melakukan peremajaan mesin. Dia mengatakan lebih dari 50% anggota API saat ini berstatus IKM.

Dia mengatakan, komposisi ekspor produk garmen tidak akan berubah walaupun pasar domestik akan melesat. Berdasarkan data API, komposisi ekspor garmen pada tahun lalu adalah 81,29% atau US$8,56 miliar. Adapun, penjualan domestik menopang US$1,97 miliar atau 18,7%.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan walaupun sebagian pemain industri makanan dan minuman (mamin) telah melakukan ekspansi, jumlah investasi untuk memenuhi lonjakan permintaan pada 2023 masih kurang.

Pasalnya, investasi pada industri mamin kini ditopang oleh penanaman modal dalam negeri lantaran pertumbuhan penanaman modal asing kini landai cenderung turun. Adhi memproyeksikan pertumbuhan investasi ke industri mamin harus dijaga di kisaran 2%-3% untuk memenuhi permintaan tersebut.

Menurutnya, pemerintah harus mengubah beberapa regulasi agar iklim investasi industri mamin nasional lebih atraktif dari negara tetangga.

The Economist memproyeksikan pertumbuhan majemuk volume kelas menengah atas dan kelas atas di Indonesia pada periode 2018—2023 bakal mencapai 11,9%. Populasi kelas menengah dan atas akan menembus 8 juta orang pada 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper