Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat ekonomi menilai pertumbuhan ekonomi yang melambat tahun ini mirip dengan kondisi jaringan listrik yang byar-pet, alias tidak stabil dan investasi yang mampet.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri menyatakan, kinerja investasi yang dilihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan dari 5,85% pada kuartal II/2018 menjadi 5,01% pada kuartal II/2019.
Heri menyatakan bahwa pertumbuhan PMTB di bawah pertumbuhan ekonomi nasional adalah penanda terjadinya kontraksi pada investasi barang modal
"Ini suatu peringatan dari kinerja investasi. Bagaimana mau dongkrak pertumbuhan ekonomi kalau investasi di bawah pertumbuhan ekonomi?" ungkap Ahmad Heri di Aryaduta Hotel Rabu (7/8/2019) malam.
Secara rinci Heri menyatakan bahwa kinerja sektor riil yang tak optimal memberi imbas pada pertumbuhan. Apalagi, industri adalah kontributor terbesar pada pertumbuhan ekonomi.
Padahal, investasi sekitar Rp205 triliun menandakan investasi yang masuk belum memberikan dampak yang besar kepada sektor riil. Artinya untuk menciptakan satu unit barang dibutuhkan lebih banyak modal.
"Jadi bukan dilihat seberapa banyak investasi, tetapi seberapa efektif investasi yang masuk untuk dorong industri penyererapan tenaga kerja," ungkapnya.
SERAPAN TAK OPTIMAL
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, Heri menyatakan bahwa kemampuan inevstasi menciptakan lapangan kerja makin tidak terlihat.
Pasalnya, pada kuartal II/2019 penyerapan tenaga kerja mencapai 255.000 orang. Sementara itu, pada kuartal II/2018 tercatat ada 289.000 tenaga kerja terserap.
"Ini artinya terjadi penurunan. sementara investasi naik dari 176 ke 205. Namun kemampuan dalam menciptakan lapangan kerja malah turun," pungkasnya.
Heri menyatakan kondisi ini disebabkan oleh pergeseran struktur investasi asing. Hal ini tercermin dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA).
"Ternyata investor yang masuk tidak melirik sektor yang tradable. Itu semakin ditinggalkan oleh investor, sektor primer dan sekunder yang tenaga kerjanya paling banyak 51% tenaga kerja ada di dua sektor ini," ujar Heri.
Alhasil struktur PDB Indonesia sekitar 50% lebih kini semakin ditinggalkan investor terutama investor asing.
"Jadi indikasi ini menujukkan lebih mencari sektor tersier yang lebih kebal kepada penyerapan tenaga kerja, sektor yang lebih padat modal," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel