Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Indonesia Tetap Harus Waspada Meskipun Ekonomi Prospektif

Dewan Eksekutif International Monetary Fund (IMF) menyampaikan bahwa Indonesia menunjukkan kinerja ekonomi yang baik sepanjang 2018 dan memiliki prospek positif untuk tahun berikutnya, dengan tetap waspada terhadap faktor eksternal yang memiliki pengaruh langsung terhadap ekonomi negara.
Peserta berdiri di dekat logo Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rangkaian Pertemuan IMF  World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo
Peserta berdiri di dekat logo Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rangkaian Pertemuan IMF World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo

Bisnis.com, JAKARTA -- Dewan Eksekutif International Monetary Fund (IMF) menyampaikan bahwa Indonesia menunjukkan kinerja ekonomi yang baik sepanjang 2018 dan memiliki prospek positif untuk tahun berikutnya, dengan tetap waspada terhadap faktor eksternal yang memiliki pengaruh langsung terhadap ekonomi negara.

Terlepas dengan hambatan eksternal, termasuk risiko pembalikan aliran modal, ekonomi Indonesia berhasil mencatatkan kinerja baik pada 2018 dengan pertumbuhan stabil di atas 5%, yang didukung oleh permintaan domestik yang kuat untuk mengimbangi penurunan ekspor neto.

Dalam pernyataan yang disampaikan IMF setelah menyelesaikan konsultasi Pasal IV dengan Indonesia, lembaga peminjam tersebut menggaris bawahi inflasi Indonesia yang turun menjadi sekitar 3% sementara inflasi inti stabil pada kisaran 3%.

"Prospek ekonomi positif. Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan tetap stabil di 5,2% pada 2019 dan 2020, naik ke tingkat potensial [5,3%] dalam jangka menengah berkat permintaan domestik yang kuat," tulis IMF melalui siaran pers yang diterima Bisnis.com, Kamis (1/8/2019).

Adapun, IMF memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia akan terus menurun secara bertahap menjadi 2,6% dari PDB selama jangka menengah. Sementara itu, defisit fiskal diproyeksikan tetap konstan pada 1,8% dari PDB dengan risiko untuk prospek ini condong ke sisi negatif.

IMF mengingatkan risiko utama yang harus diperhatikan adalah ancaman eksternal meliputi ketegangan perang dagang, pengetatan tajam pada kondisi keuangan global, pertumbuhan yang lemah di China, serta gejolak harga komoditas, khususnya minyak.

Sebaliknya, lembaga yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, ini mengatakan ketidakpastian pasar sedikit teredam dengan akan dimulainya masa jabatan kedua pemerintahan.

Upaya reformasi juga dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kepercayaan, investasi, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan.

"Direksi mendorong otoritas untuk tetap waspada terhadap risiko yang ada, terlebih lagi pada risiko pembalikan arus modal. Mengingat ketergantungan Indonesia pada pembiayaan eksternal," ujar para dewan eksekutif IMF.

Selain itu, dewan eksekutif IMF menyambut baik fokus bauran kebijakan jangka pendek yang tepat untuk melindungi stabilitas makroekonomi dan keuangan, menjaga bantalan (buffer) dan mengatasi kerentanan.

Mereka mendukung pemerintah agar mempertahankan sikap fiskal yang netral dan menelaah kebijakan makroprudensial dengan seksama untuk memastikan stabilitas sistem keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper