Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Industri Optimistis Nilai Ekspor Kayu Olahan Melonjak

Pelaku industri kayu gergajian dan kayu olahan optimistis nilai ekspor kayu olahan atau woodworking dapat mencapai US$3,09 miliar pada 2025.
Pekerja menata potongan kayu Sengon atau Albasia di depo penampungan kayu Desa Kalibanger, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (4/1/2019)./ANTARA-Anis Efizudin
Pekerja menata potongan kayu Sengon atau Albasia di depo penampungan kayu Desa Kalibanger, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (4/1/2019)./ANTARA-Anis Efizudin

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku industri kayu gergajian dan kayu olahan optimistis nilai ekspor kayu olahan atau woodworking dapat mencapai US$3,09 miliar pada 2025. 

Soewarni, Ketua Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA), menilai angka tersebut dapat tercapai jika pasokan kayu bulat aman. “Optimistis tercapai [pada 2025] asalkan pasokan bahan bakunya [kayu bulat] aman,” kata Soewarni kepada Bisnis, Rabu (17/7). 

Selain pasokan bahan baku, dia menilai apabila kondisi pasar global yang saat ini terpengaruh perang dagang antara Amerika serikat dan China membaik, maka proyeksi devisa dari sektor kayu olahan tersebut dapat terealisasi. 

ISWA mencatatkan capaian nilai ekspor kayu olahan pada tahun lalu stagnan di angka US$2,1 miliar sama seperti capaian ekspor pada 2017. 

Sementara itu, Bambang Supijanto, Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo), memproyeksikan nilai ekspor kayu panel pada 2025 akan mencapai US$2,47 miliar dengan total volume ekspor 3,9 juta m3. 

Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono meyakini kinerja produksi kayu bulat akan semakin positif karena ditopang oleh sinergi antara hutan tanaman rakyat dan hutan tanaman industri. Untuk mendorong hal tersebut, Bambang mengatakan pihaknya sedang menyiapkan kebijakan agar pemegang izin hutan tanaman rakyat dapat membangun industri pengolahan kayu skala kecil menengah di dekat areal pemanfaatan hutan (on farm) dengan kapasitas produksi di bawah 2.000 m3. 

Hal tersebut dilakukan agar pelaku hutan rakyat mudah memasok bahan baku ke pemegang konsesi kehutanan yang menjadi mitranya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper