Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Benang Dalam Negeri Sulit Tumbuh

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyatakan impor kain dalam beberapa waktu terakhir sangat tinggi.
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat./JIBI-Rahmatullah
Karyawan mengambil gulungan benang di salah satu pabrik tekstil yang ada di Jawa Barat./JIBI-Rahmatullah

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyatakan impor kain dalam beberapa waktu terakhir sangat tinggi.

Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta menjelaskan tingginya impor kain jadi menyebabkan serapan benang di dalam negeri rendah.

Asosiasi mencatat industri tengah tekstil dan produk tekstil (TPT) lokal hanya mampu menyerap 50% dari total produksi industri benang.

Menurutnya, tingginya volume impor kain jadi menyebabkan adanya penyempitan penyerapan produksi industri benang. Alhasil, investasi pada industri hulu TPT tidak pernah tumbuh.

“Di sisi lain, China investasi besar-besaran [di industri kain jadi]. Jadi, begitu impornya dibuka, industri garmen nasional ketergantungan dengan kain impor. Sistematik masalahnya,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.

Terpisah, Direktur Golden Flower Balkrishnan Udaikumar menjabarkan perseroan masih bergantung kepada pasokan kain jadi dari China hingga 70% dari total kain jadi perseroan. Adapun, perseroan berencana untuk mencari pemasok kain jadi, khususnya yang berbahan polyester, di dalam negeri.

Pihaknya berencana meningkatkan kapasitas produksi pada tahun ini dengan cara menambah mesin. Menurutnya, penambahan mesin akan meningkatkan efisiensi.

Semetara itu, Presiden Komisaris Golden Flower Po Sun Kok mengatakan perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 28,57% menjadi 900.000 buah pakaian per hari dari posisi akhir tahun lalu sebanyak 700.000 buah pakaian per hari.

Perseroan menargetkan dapat meningkatkan penjualan sekitar 20% menjadi sekitar Rp530 miliar pada akhir tahun ini.

Perseroan berencana memperluas pasar ekspor ke Arab Saudi. Sejauh ini, ujarnya, pasar ekspor perseroan didominasi oleh Amerika Serikat hingga 85%, sedangkan sisanya dijual ke Uni Eropa, Australia, Jepang, dan negara-negara di Asia lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper