Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Desa Harus Optimal Dorong Pemerataan Ekonomi

Imaduddin Abdullah, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan dalam lima tahun ke depan, pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin perlu mengoptimalkan pemerataan ekonomi melalui program lama yakni dana desa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo. /Kemendes
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo. /Kemendes

Bisnis.com, JAKARTA – Program dana desa yang sudah dijalankan perlu dilanjutkan untuk mendorong pemerataan ekonomi dan keluar dari  jebakan perangkap pendapatan menengah.

Imaduddin Abdullah, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan dalam lima tahun ke depan, pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin perlu mengoptimalkan pemerataan ekonomi melalui program lama yakni dana desa.

Imaduddin menyatakan beberapa negara di Asia Timur telah berhasil keluar dari jebakan perangkap negara pendapatan menengah. Sehingga Indonesia perlu menyusul kesuksesan tersebut lima tahun mendatang.

“Maka penggunaan dana desa 5 tahun mendatang harus dimanfaatkan untuk menjadi tulang punggung kesejahteraan,” ujar Imaduddin, Minggu (14/7/2019) malam.

Dia menjelaskan agar dana desa semakin tepat sasaran perlu fokus pada strategi meningkatkan produktivitas dan skala usaha, pengembangan kelembagaan, dan sumber daya manusia (SDM) pedesaan. Selain itu juga perlu memperbaiki supply chain, dan value chain pedesaan, pengembangan kawasan pedesaan berbasis potensi sumber daya, pengembangan pembiayaan pedesaan, serta penguatan pelaku usaha desa.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS)  merilis data persentase penduduk miskin di pedesaan pada September 2018 tercatat 13,10 persen mengalami penurunan 12,85 persen pada Maret 2019.

Kepala BPS RI Suhariyanto menyatakan jumlah penduduk miskin di pedesaan turun 393,4 ribu orang dari 15,54 juta orang pada September 2018.

“Angka jumlah penduduk miskin pedesaan menjadi 15,15 juta pada Maret 2019,” ujar Suhariyanto.

Adapun komoditas beras dan rokok memberi kontribusi terbesar pada kemiskinan di perkotaan dan pedesaan.

“Beras masih memberi sumbangan terbesar 20,59 persen di perkotaan dan 25,97 persen di pedesaan,” terang Suhariyanto.

Menurut Suhariyanto rokok kretek menempati posisi kedua dengan sumbangan sebesar 12,22 persen di perkotaan dan 11,36 persen di pedesaan.

Beberapa komoditas penyumbang garis kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan misalnya; telur ayam ras, daging ayam ras, dan mie instan.

Secara umum BPS menyebut tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan pada Maret 2019 menjadi 25,14 juta orang.

Adapun penyebaran penduduk miskim menurut pulau pada Maret 2019 berada di wilayah Papua dan Maluku sebesar 20,91 persen.

Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa sebesar 12,72 juta orang. Sementara jumlah penduduk miskin terendah berada di Kalimantan 0,97 juta orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper