Mimpi Jokowi untuk Bunaken

Siapa yang tak kenal dengan Bunaken. Destinasi andalan Provinsi Sulawesi Utara itu telah terkenal hingga mancanegara dan menjadi salah satu destinasi menyelam kelas dunia yang layak untuk dinikmati.
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) berbincang dengan sejumlah menteri Kabinet Kerja saat meninjau kawasan wisata Bunaken menggunakan kapal cepat Bunaken Crystal 7 di Sulawesi Utara, Jumat (5/7). Antara / Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) berbincang dengan sejumlah menteri Kabinet Kerja saat meninjau kawasan wisata Bunaken menggunakan kapal cepat Bunaken Crystal 7 di Sulawesi Utara, Jumat (5/7). Antara / Puspa Perwitasari

Bisnis.com, MANADO -- Siapa yang tak kenal dengan Bunaken. Destinasi andalan Provinsi Sulawesi Utara itu telah terkenal hingga mancanegara dan menjadi salah satu destinasi menyelam kelas dunia yang layak untuk dinikmati.

Salah satu yang menarik perhatian adalah dinding karang atau hanging wall dengan ketinggian antara 25 meter hingga 50 meter yang menjadi tempat bagi berbagai hewan laut.

Bunaken merupakan nama pulau yang berada di dalam Taman Nasional Laut Bunaken yang masuk dalam wilayah Kota Manado. Di sekitarnya terdapat sejumlah pulau-pulau lain, seperti Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Mantehage, dan pasir timbul Nain.

Namun, untuk menuju destinasi andalan ini, butuh usaha yang tidak mudah dan murah. Wisatawan dengan budget minim, tentu akan memilih kapal kayu yang belum tentu jalan dari dermaga Kalimas.

Adapun, wisatawan dengan budget lebih biasanya memilih untuk menyewa kapal cepat (speedboat) dan berbagi biaya dengan wisatawan lainnya, baik dari dermaga Calaca maupun dari dermaga Marina.

Pasalnya, tarif sewa speedboat boleh dibilang tidak murah, sekitar Rp1 juta untuk mengantar ke Pulau Bunaken, atau sama untuk mereka yang hanya ingin snorkeling di sisi barat Pulau Bunaken.

Itu pun jika musim tidak ramai. Bila musim ramai (peak season) kadang tarif bisa menembus Rp1,5juta akibat tingginya permintaan.

Sebagai taman nasional, Bunaken pun belum menerapkan sistem akses satu pintu. Pun, dengan infrastruktur pelabuhan yang belum sesuai namanya, yakni ‘kelas dunia’. Dermaga sisi selatan misalnya.

Bila air surut, jarak antara speedboat dengan dermaga cukup tinggi sehingga wisatawan harus bergelantungan di beton dermaga dengan tantangan hanging wall di belakang mereka. Maka tak heran, pelancong biasanya memilih untuk langsung merapat tepat di depan resor yang telah mereka pilih.

Namun, ‘angin segar’ sepertinya perlahan-lahan mulai berembus ke Bunaken, sejalan dengan kehadiran orang nomor satu di Tanah Air, Presiden Joko Widodo di Sulawesi Utara sejak Kamis (4/7).

Dalam kunjungan kerjanya ke Bumi Nyiur Melambai, Presiden Joko Widodo berkali-kali menyoroti infrastruktur untuk mendorong sektor pariwisata di Sulawesi Utara, termasuk Taman Nasional Laut Bunaken.

Dari atas kapal wisata itu, Gunung Manado Tua terlihat jelas di seberang Kota Manado. Presiden yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi kemudian berpindah ke kapal katamaran alias kapal yang memiliki kaca transparan di bagian bawah lambungnya untuk dapat menikmati keindahan bawah laut Bunaken dari permukaan.

Menurut Presiden, destinasi andalan Sulawesi Utara tersebut nantinya akan semakin banyak di kunjungi wisatawan, khususnya wisatawan asing, sejalan dengan adanya pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata.

Namun, untuk memikat wisatawan, butuh pengelolaan yang juga harus hati-hati mengingat Taman Nasional Laut Bunaken merupakan area konservasi. Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan perencanaan yang matang untuk menata Bunaken.

Salah satu yang diusulkan Presiden adalah dengan membuat klaster-klaster untuk memisahkan area penduduk, area wisata, dan area konservasi.

“Ini mau dibuat perencanaan dulu untuk membuat klaster-klaster sehingga penduduknya di sebelah mana jelas, tempat wisata di mana jelas, area konservasinya di mana juga jelas,” katanya.

Rencana klaster ini seakan menjadi gayung bersambut bagi rencana yang digagas oleh pemerintah daerah pada beberapa waktu lalu.

Pada, 20 Juni 2019, Pemerintah Kota Manado mengusulkan dibentuknya zonasi untuk kegiatan pariwisata bahari di seputaran Bunaken untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan yang mengunjungi destinasi andalan Sulawesi Utara tersebut.

Zonasi yang diusulkan bisa berdasarkan waktu kepadatan wisatawan misalnya saat musim ramai, atau zonasi berdasarkan kriteria pemula dan mahir untuk wisata bawah laut.

Tak hanya penataan klaster, Jokowi mengungkapkan bahwa pemerintah akan mengerjakan pengembangan fasilitas di Taman Nasional Laut Bunaken, termasuk penambahan kapal untuk wisata bawah laut.

“Misalnya untuk melihat bawah laut tadi, kapalnya mungkin dari Kementerian Perhubungan juga akan ditambah.” Tidak main-main, Jokowi menargetkan pembenahan Bunaken tersebut bisa dimulai tahun ini sehingga diharapkan dapat diselesaikan pada tahun depan.

“Mumpung belum ramai. Kalau sudah ramai sulit kita mengendalikan. Klasternya betul-betul diatur. Tadi sudah saya perintahkan, fisiknya sudah terbenahi,” ujarnya.

INFRASTRUKTUR

Tak hanya soal Bunaken. Dalam lawatannya ke Sulawesi Utara pada hari kedua, Presiden juga memastikan progres pembangunan Jalan Tol Manado—Bitung yang masih menyisakan persoalan pembebasan lahan sepanjang 13 kilometer.

Menurutnya, jalan tol ini tidak hanya untuk mendorong industri, tetapi juga untuk menunjang pertumbuhan sektor pariwisata di Sulawesi Utara. Di simpang susun Airmadidi, Minahasa Utara, Jokowi menargetkan jalan tol Manado—Bitung sepanjang 39,9 kilometer akan beroperasi penuh pada April 2020.

Tol Manado Bitung ini diharapkan bisa memberikan interkoneksi Manado—Bitung sehingga dapat memberikan manfaat baik untuk industri di Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dan industri perikanan di Bitung ataupun pariwisata di Pulau Lembeh.

“Ini mentrigger pertumbuhan ekonomi yang ada di Bitung. KEK Bitung berkembang. Tanpa ini, sulit,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pihaknya juga akan membangun jembatan yang menghubungkan Bitung dengan Pulau Lembeh. Jembatan sepanjang 1 kilometer tersebut diperkirakan akan menelan anggaran hingga Rp500 miliar yang sudah dianggarkan pada 2020.

“Kehadiran tol tersebut tidak hanya untuk KEK Bitung tetapi juga untuk mendorong pariwisata di Pulau Lembeh,” katanya.

Berbeda dengan Bunaken, Lembeh memiliki daya tersendiri bagi pencinta selam yang ingin mengeksplorasi teknik fotografi makro. Pasalnya, selat Lembeh dikenal dengan berbagai biota laut berukuran kecil (critter), seperti coconut octopus atau gurita kelapa, sea horse (kuda laut), frogfish, nudibranch , dan boxer shrimp.

Hanya saja, Lembeh justru telah memiliki jadwal penyeberangan regular yang dilayani menggunakan kapal feri. Wisatawan juga memiliki opsi lain untuk menggunakan kapal penyeberangan berbahan kayu atau pun kapal cepat milik resor.

Saat menginap di Lembeh, pemandangan Gunung Dua Saudara menjadi salah satu atraksi untuk mencari ketenangan. Lembeh pun cukup dekat dengan Taman Nasional Gunung Tangkoko, tempat yaki si seksi bokong merah dan tarsius berdiam sejak era Wallacea, yang membuat Celebes memiliki daya tarik unik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : MediaDigital
Editor : MediaDigital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper