Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Pede Bisa Capai Target Serapan Beras 1,8 juta ton

Perum Bulog optimistis bisa menuntaskan target serapan sebesar 1,8 juta ton setara beras tahun ini kendati masa panen puncak sudah usai.
Pekerja mengangkut stok beras Bulog untuk didistribusikan ke pasar-pasar di Gudang Sub-Divre Bulog Serang, di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut stok beras Bulog untuk didistribusikan ke pasar-pasar di Gudang Sub-Divre Bulog Serang, di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog optimistis bisa menuntaskan target serapan sebesar 1,8 juta ton setara beras tahun ini kendati masa panen puncak sudah usai.

Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar menyebutkan, hingga saat ini serapan beras Bulog sudah mencapai lebih dari 800.000 ton dengan volume serapan harian sekitar 8.000 ton- 10.000 ton.

“Biasanya ada panen gadu. Panen gadu kan Agustus. Saya pikir dengan kondisi ini semoga kita berdoa panen jangan gagal. Harapan kita panen gadu kita masih tetap bisa menyerap,” katanya ketika ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (1/7/2019).

Saat ini, menurutnya, pihaknya melakukan penyerapan dengan menggunakan ketentuan harga pembelian pemerintah sebesar Rp3.900/kg ditambah fleksibilitas 10% untuk gabah. Dengan adanya panen gadu, diharapkan harga gabah di petani tidak akan melampaui batas tersebut.

Adapun sejumlah daerah yang menjadi pusat penyerapan saat ini antara lain Jawa tengah, Jawa Barat, Sulawesi, dan Sumatra Selatan. “Itu kan daerah produsen semua. Artinya masalah pangan untuk beras saya pikir enggak ada persoalan lah,” ujarnya.

Sementara itu, stok beras yang ada di gudang Bulog saat ini menurut bactiar mencapai hampir 2,4 juta ton yang terdiri atas 2,2 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP)  termasuk beras impor sebesar lebih dari 1 juta ton dan 143.000 ton beras komersial.

Beras-beras ini rencanya akan disalurkan melalui sejumlah cara termasuk program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) atau yang dikenal dengan nama operasi pasar, penyaluran beras komersial, golongan anggaran atau pemenuhan kebutuhan beras di daerah perbatasan, dan bantuan pangan non-tunai (BPNT) demi memperlancar perputaran pasokan di gudang Bulog.

Pasalnya, saat ini beras Bulog yang berasal dari pengadaan luar negeri telah disimpan selama lebih dari 1 tahun. Dikhawatirkan, jika disimpan lebih lama, beras ini berpotensi mengalami kerusakan.

Terkait program BPNT Bachtiar berharap pihaknya bisa dipercaya untuk menyuplai beras baik di daerah terluar maupun daerah lainnya.

“Tadinya mau Bulog disuruh salurkan tapi kalau mau menyalurkan kan harus semuanya menrut saya. Jangan hanya eksisting. Terus kita dikasihnya di Puncak Jaya, Wamena, Madura di Sumenep, kan biayanya besar,”ujarnya.

Dia berharap pihaknya juga diberi kepercayaan untuk memasok beran kebutuhan BPNT di daerah lain dengan biaya distribusi ringan sehingga bisa terjadi subsidi silang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper