Bisnis.com, JAKARTA -- Manufaktur global menunjukkan performa terlemah pada Mei 2019 dalam 7 tahun terakhir, ditekan oleh meningkatnya ketegangan perdagangan. Hal ini memberikan sinyal lebih lanjut bahwa ekonomi dunia sedang melemah.
Dengan penurunan di Jerman, Jepang, dan AS menyusul hasil terendah manufaktur AS dalam satu dekade terakhir, Indeks Manajer Pembelian global IHS Markit turun menjadi 49,8 pada bulan lalu, di bawah level 50 yang memisahkan kategori ekspansi dan kontraksi.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (21/6/2019), laporan tersebut menggarisbawahi ancaman yang meningkat yang disebabkan oleh perang dagang AS-China yang meningkat. Laporan itu dirilis bertepatan dengan peringatan baru dari Wall Street tentang risiko resesi.
Di tengah ketegangan tersebut, Presiden AS Donald Trump juga mengancam Meksiko dengan tarif impor, yang menambah kekhawatiran pasar, meningkatkan permintaan untuk obligasi, serta mendorong saham lebih rendah.
Pada waktu yang berbeda, China merilis dokumen yang menuduh AS atas gangguan yang menyebabkan pembicaraan perdagangan terhambat dan mengkritik Washington atas tuntutan yang tidak masuk akal.
"Morgan Stanley telah memperingatkan bahwa investor terus meremehkan situasi. Mereka melihat resesi global dalam 9 bulan jika Trump mengenakan tarif 25 persen pada tambahan US$300 miliar ekspor China dan jika Beijing memberikan balasan," demikian laporan tersebut.
Di Inggris, di mana ketidakpastian Brexit menyebabkan adanya beban tambahan, manufaktur menyusut untuk pertama kalinya dalam hampir 3 tahun terakhir pada Mei 2019. Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh kegiatan penimbunan barang besar-besaran oleh pelaku industri sebelum 29 Maret, jadwal Brexit semula.
PMI Korea Selatan juga memberi sinyal kontraksi dan responden survei mencatat perlambatan di industri semikonduktor dan mobil.
Lemahnya permintaan untuk mobil baru menghantam para pembuat mobil di Jepang, Jerman, dan di tempat lain, dengan efek yang dirasakan lebih luas. Bulan lalu, produsen ban Italia Pirelli memangkas proyeksi pertumbuhan pendapatan 2019 dan lebih berhati-hati atas target tahun ini.
IHS Markit, yang mengompilasi PMI, menyampaikan kelemahan pabrik zona euro menjadi semakin tidak terelakkan dengan adanya sejumlah perusahaan yang melaporkan penurunan permintaan, baik di dalam maupun luar negeri.
PMI resmi China merosot ke 49,4 untuk Mei 2019 dan indeks ketenagakerjaan jatuh ke level terendah sejak krisis keuangan global. PMI manufaktur Caixin untuk periode bulan lalu yang dirilis awal pekan ini, tercatat di level 50,2.
Ekonom Bloomberg Asia berpendapat bahwa kondisi ini menambah gambaran yang semakin menantang untuk Asia, setelah data pekan lalu menunjukkan PMI resmi China kembali terkontraksi. Hasilnya, pelonggaran kebijakan cenderung akan mengalir untuk memperluas dan mempercepat laju pertumbuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel