Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan Global Capai Titik Jenuh

Tony Crescenzi, ahli strategi pasar di Pacific Investment Management Co. (PIMCO), menyampaikan kekhawatiran para investor terhadap risiko perlambatan pertumbuhan.
suku bunga
suku bunga

Bisnis.com, JAKARTA - Para investor menyimpulkan bahwa suku bunga acuan gobal telah mencapai titik jenuh setelah mengamati The Fed dan rekannya di Jepang dan zona euro, menyusun pertemuan penting pekan ini di tengah tanda-tanda ekonomi yang memberikan sinyal periode kebijakan moneter baru.

Tony Crescenzi, ahli strategi pasar di Pacific Investment Management Co. (PIMCO), menyampaikan kekhawatiran para investor terhadap risiko perlambatan pertumbuhan.

"Kami memproyeksikan suku bunga acuan bank sentral akan bertahan pada level terendah untuk setidaknya lima tahun ke depan," ujar Crescenzi seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (17/6/2019).

Apa yang telah lama dijuluki Pimco sebagai "the new normal" tercermin dalam perhitungan oleh ekonom JPMorgan Chase & Co. Rata-rata suku bunga global berdasarkan perhitungan JPMorgan mencapai level tertinggi pada 2,82 persen di awal Februari.

Penghitungan awal memperkirakan suku bunga global akan ditutup pada kisaran 3 persen sampai dengan akhir tahun, namun kini proyeksi tersebut direvisi menjadi 2,5 persen yang diawali dengan pemotongan suku bunga The Fed.

Bank sentral Rusia, India, Chili, dan Australia termasuk di antara mereka yang sudah melonggarkan kebijakan lebih dahulu sejak pekan lalu.

Faktor utama di balik pembalikan kebijakan bank sentral dunia adalah meningkatnya ketegangan perang perdagangan, pasar keuangan yang gelisah, melemahnya permintaan dan inflasi yang melunak.

"Pertumbuhan global bergerak pada kisaran 2,6 persen pada kuartal kedua, turun dari 4,7 persen pada awal 2018. Tren struktural seperti meningkatnya hutang dan populasi yang menua juga akan mendukung menjaga biaya pinjaman," ujar ekonom Bloomberg, Dan Hanson.

Pertanyaan bagi para bankir sentral adalah kapan mereka akan mulai melakukan pelonggaran dan seberapa dalam suku bunga dapat turun di tengah usaha untuk menyelamatkan ekonomi dengan amunisi yang lebih sedikit.

Apalagi, saat ini beberapa pemerintahan sedang disibukkan dengan sengketa perdagangan dan kurangnya keinginan untuk melonggarkan anggaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper