Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika Gagal di Pemilu 2020, Trump Yakin Pasar Saham Bakal Terguncang

Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang tengah bersiap untuk memulai kampanyenya, memperingatkan bahwa AS akan menghadapi kehancuran pasar saham yang epik jika dia tidak terpilih kembali.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./Reuters-Jonathan Ernst
Presiden Amerika Serikat Donald Trump./Reuters-Jonathan Ernst

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang tengah bersiap untuk memulai kampanyenya, memperingatkan bahwa AS akan menghadapi kehancuran pasar saham yang epik jika dia tidak terpilih kembali.

"Jika ada orang selain saya yang mengambil alih, akan ada kekacauan di pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya!" ujar Trump kepada 61 juta pengikutnya di Twitter, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (17/6/2019).

Trump secara resmi memulai kampanye pemilu 2020 pada Selasa (18/6/2019), pada reli yang berlangsung di Orlando, Florida, dan nampaknya dia akan menguji coba beberapa tema untuk dipromosikan selama 18 bulan masa kampanye.

Salah satu adalah memicu ketakutan akan kehancuran pasar.

Sepanjang tahun ini, Trump telah beberapa kali mengklaim bahwa pasar saham AS dapat tumbuh 5.000 hingga 10.000 poin lebih tinggi jika The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali pada tahun 2018.

Dia juga pernah mengatakan pada Februari bahwa, jika partai oposisi menang pada pemilu 2016, pasar saham akan turun setidaknya 10.000 poin saat ini. Namun pernyataan tersebut tidak dapat dibuktikan.

Sebelumnya pada Januari Trump pernah dengan lantang menantang untuk melengserkannya dari jabatan presiden jika ingin melihat pasar saham hancur lebih awal.

"Kita tidak pernah memiliki presiden yang begitu sadar tentang dan berapa banyak naik atau turun pada tahun itu. Investor ekuitas harus bersiap,” ujar Chris Rupkey, kepala ekonom keuangan di MUFG Union Bank NA.

Penelitian yang dilakukan oleh Macrotrends menunjukkan kinerja Dow Jones Industrial Average sejauh ini dalam masa kepemimpinan Trump cukup baik dibandingkan dengan masa jabatan para pendahulunya, mengikuti masa-masa keuntungan yang terjadi di bawah pimpinan Demokrat Barack Obama dan Bill Clinton.

Capaian tersebut hanya sedikit di atas perolehan yang dicatat dalam masa pemerintahan Partai Republik Ronald Reagan dan George H. W. Bush.

Indeks acuan S&P 500 mencatat rekor tertinggi pada awal Mei sebelum tergelincir dalam menghadapi perang perdagangan Trump dengan China yang meningkat. 

Dow Jones Industrial Average yang lebih terkonsentrasi, di mana kinerjanya diperhitungkan sebagai referensi, mengalami kenaikan terakhir lebih dari delapan bulan lalu, yakni pada 3 Oktober.

Dow membukukan 71 rekor penutupan tertinggi pada 2017, dimulai dalam satu pekan sejak pelantikan Trump, dan 15 lainnya pada 2018, dibantu oleh pengesahan RUU pajak Partai Republik.

Pada masa jabatan kedua Obama, indeks ini membuat 122 rekor penutupan tertinggi setelah pulih dari kerugian yang diderita selama resesi 2007-2009.

Berdasarkan survei ekonom pada 7-12 Juni yang dilakukan oleh Bloomberg News, ketika Trump memulai kampanye pemilihannya kembali, peluang resesi yang dimulai di AS dalam tahun berikutnya telah meningkat menjadi 30 persen dari 25 persen sebulan lalu.

Angka terbaru menunjukkan perlambatan kenaikan lapangan kerja, dan ancaman tarif Trump membebani sentimen bisnis.

Defisit anggaran dan utang nasional yang membebani ekonomi AS juga telah meningkatkan sinyal peringatan terhadap risiko resesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper